Sebagai warga biasa, pengalaman bertemu pemimpin itu terasa mahal harganya. Saya teringat kembali suatu momen saat event PON diselenggarakan di kota saya.Â
Saat itu, siswa-siswa SMA diharuskan berdiri di pinggir jalan untuk menyambut iring-iringan Presiden SBY dari ibukota yang baru tiba di kota kami. Kami menunggu agak lama dalam kondisi cuaca terik saat sinar matahari tepat berada di atas kepala.Â
Namun, seketika rasa lelah pun sirna saat melihat Presiden SBY yang tersenyum hangat sembari melambaikan tangannya ke arah kami dari balik jendela mobilnya yang berplat RI-1.Â
Sederhana memang, tapi amat membekas di hati. Karena akhirnya saya bisa melihat pemimpin nomor satu di negara ini secara langsung bukan hanya dari layar TV. Jarak saya dengan orang nomor satu tersebut pada hari itu sangat dekat sepelemparan batu saja. Padahal biasanya sejauh jarak Pekanbaru-Jakarta.
Pengalaman bertemu pemimpin bahkan berinteraksi secara langsung merupakan pengalaman yang berharga. Mengetahui bahwa Mang Oded memiliki program Subuh Berkah secara rutin bersama pemimpin dari kecamatan hingga level kelurahan, maka saya dapat membayangkan atmosfir penuh keakraban tersebut perlahan dibangun.Â
Momen kebersamaan saat pengajian hingga kemudian sarapan bersama akan melahirkan suasana guyub dan kedekatan di hati hingga tidak ada lagi jarak yang berarti.
Jika hati saja sudah terpaut dekat, tentu tidak sulit untuk mengajak bergotong-royong dalam membangun Kota Bandung agar line in dengan program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota.Â
Apalagi agenda ini rupanya tidak hanya diperuntukkan bagi pemimpin di tingkat lokal Kota Bandung, tapi juga untuk seluruh pejabat struktural Kota Bandung mulai dari Kepala Dinas/Badan, Direktur Rumah Sakit dan Badan Usaha Milik Daerah Kota Bandung hingga komunitas masyarakat seperti komunitas Bikers.Â
Mang Oded berusaha bersilaturrahmi dan merangkul semua kelompok dengan hangat dalam suasana keakraban agar sevisi dalam memajukan Kota Bandung.
Kebijakan Mang Oded yang memfokuskan pada aspek pembangunan non fisik untuk membangun Kota Bandung bukanlah suatu kebijakan yang populer saat ini.Â
Dewasa ini, para pemimpin lebih mengedepankan pembangunan fisik. Hal ini dapat dipahami dikarenakan pembangunan fisik memiliki indikator ketercapaian yang mudah terukur sehingga menjadi salah satu indikator primadona yang selalu digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program.Â