3. Attachment Tidak Aman-Avoidant (Avoidant Attachment)
Anak dengan attachment tidak aman-avoidant cenderung menghindari atau menolak kedekatan dengan pengasuh. Mereka tidak terlalu menunjukkan rasa cemas ketika pengasuh meninggalkan ruangan dan cenderung tidak mencari kenyamanan atau perhatian saat pengasuh kembali. Meskipun demikian, anak-anak ini dapat merasa terisolasi dan kurang mendapat perhatian emosional dari pengasuh mereka. Attachment ini sering terjadi ketika pengasuh cenderung mengabaikan atau tidak responsif terhadap kebutuhan anak.
4. Attachment Tidak Aman-Disorganize (Disorganized Attachment)
Attachment jenis ini, yang kemudian diidentifikasi oleh peneliti lain setelah Ainsworth, merujuk pada anak-anak yang menunjukkan perilaku yang kacau dan tidak teratur saat menghadapi pengasuh mereka. Mereka mungkin terlihat bingung, tidak tahu harus mendekati atau menghindari pengasuh mereka. Anak-anak dengan attachment disorganize sering kali mengalami trauma atau kebingungan terkait dengan pengasuh mereka. Ini sering kali muncul ketika pengasuh memiliki perilaku yang menakutkan atau tidak konsisten dalam merespons kebutuhan anak.
Implikasi Teori Attachment
Teori attachment Bowlby dan Ainsworth memiliki implikasi yang sangat luas, tidak hanya dalam memahami perkembangan anak, tetapi juga dalam hubungan interpersonal sepanjang hidup.
1. Perkembangan Emosional dan Sosial
Attachment yang aman memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan emosional yang sehat, karena anak-anak yang merasa aman cenderung lebih mampu mengelola perasaan mereka dan menjalin hubungan sosial yang positif. Sebaliknya, anak-anak yang mengalami attachment tidak aman mungkin menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang stabil dan merasa cemas atau kesulitan mempercayai orang lain.
2. Perkembangan Kognitif
Anak-anak dengan attachment aman cenderung lebih percaya diri dalam menjelajahi dunia mereka dan belajar dari pengalaman mereka. Mereka merasa nyaman mengambil risiko yang terukur dan mencoba hal-hal baru karena mereka tahu bahwa pengasuh mereka akan selalu ada untuk memberikan perlindungan ketika diperlukan. Di sisi lain, anak-anak dengan attachment tidak aman mungkin lebih terbatas dalam eksplorasi mereka karena mereka merasa tidak aman.
3. Hubungan di Masa Dewasa
Attachment yang terbentuk pada masa kanak-kanak dapat memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan sebagai orang dewasa. Individu dengan attachment aman cenderung memiliki hubungan yang lebih sehat, penuh kepercayaan, dan dapat mengelola konflik dengan lebih baik. Sebaliknya, individu dengan attachment tidak aman sering kali menghadapi kesulitan dalam membangun hubungan yang stabil, seperti ketergantungan berlebihan, ketakutan akan penolakan, atau kecenderungan untuk menghindari kedekatan emosional.
4. Peran Pengasuh dalam Perkembangan Anak
Teori attachment menekankan pentingnya peran pengasuh dalam membentuk dasar emosional anak. Pengasuh yang responsif dan konsisten dapat membantu anak merasa aman, terlindungi, dan dihargai. Sebaliknya, pengasuh yang tidak responsif atau tidak konsisten dapat menyebabkan anak merasa tidak aman dan kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat.
Kesimpulan