Mohon tunggu...
Haiqa PutriAzzahra
Haiqa PutriAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wacana Pendidikan Nasional dalam Dinamika Kebudayaan Lokal dan Nasional, Pendidikan yang Mewadahi Preservasi Budaya Daerah

20 Agustus 2024   05:09 Diperbarui: 20 Agustus 2024   06:08 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negara kita, Indonesia, terdapat berbagai macam suku bangsa dan budaya, budaya suku bangsa kita sifatnya wajib untuk kita pertahankan. Cara mempertahankan kebudayaan lokal ada banyak, salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan sendiri bukan sekadar aktivitas belajar dan mengajar di kelas, tetapi juga tentang membangun karakter bangsa melalui pemahaman terhadap kebudayaan unik kita.

Dalam bidang pendidikan, Indonesia memiliki tantangan besar yang harus dihadapi. Tantangan pendidikannya adalah menemukan cara agar dalam pendidikan nasional ada ruang untuk pelajar berbagai daerah untuk mengenali keunikan ragam budaya daerahnya. Namun, di satu sisi, Indonesia ingin menciptakan sistem pendidikan yang universal di seluruh Indonesia, tetapi di sisi lain, Indonesia adalah negara dengan keragaman budaya yang luas. Dari Sabang sampai Merauke, tiap daerah memiliki kebudayaan yang unik dan semuanya sama-sama wajib untuk dipertahankan. Jadi bagaimana caranya agar sistem pendidikan Indonesia dapat mengakomodasi keberagaman budaya ini tanpa menghilangkan identitas lokal?

Tidak bisa dipungkiri kebudayaan lokal sering terabaikan dalam sistem pendidikan Indonesia. Bahkan berdasarkan pengalaman saya pribadi, saya tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai budaya dan adat istiadat daerah saya, hal tersebut dapat terjadi karena adanya globalisasi sehingga "unique identity" yang dimiliki generasi muda berbagai suku mulai terkikis, pendidikan Indonesia juga kurang menyokong generasi muda untuk belajar tentang identitas suku mereka masing-masing, kurikulum yang diterapkan di sekolah-sekolah sering kali mengabaikan kearifan lokal. Ketika generasi muda tidak diajarkan untuk cinta dan paham mengenai budaya mereka sendiri, maka identitas budaya akan semakin pudar, bahkan hilang.

Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, kebudayaan lokal lah yang menjadi benteng pertahanan kita dari dampak buruk arus globalisasi. Kebudayaan adalah kekayaan yang sering dianggap sepele pada konteks pendidikan formal. Generasi baru lebih mengenal budaya luar daripada budaya daerah masing-masing. Krisis ini tentunya bukan sepenuhnya kesalahan generasi muda, justru krisis ini menjadi bukti bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang minim ruang untuk preservasi dan perkembangan budaya lokal.

Untuk menanggulangi krisis ini tentu nilai budaya suku bangsa harus masuk ke dalam sistem pendidikan. Ada berbagai cara untuk memasukkan unsur kebudayaan ke dalam sistem pendidikan, salah satunya dengan menyesuaikan kurikulum agar lebih fleksibel dan responsif terhadap kebudayaan lokal. Misalnya, pelajaran sejarah di sekolah tidak hanya tentang tokoh nasional, tetapi juga tentang pahlawan daerah. Dengan cara ini, anak-anak akan merasa lebih dekat dan bangga dengan sejarah suku bangsa mereka.

Kemudian, di sekolah tentunya orang yang paling berperan penting adalah tenaga pendidik, yaitu, guru. Guru seharusnya tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai penjaga budaya. Sama halnya seperti mahasiswa, guru bisa menjadi agen perubahan yang membantu menanamkan nilai-nilai budaya lokal kepada generasi muda. Contohnya, guru bisa menggunakan cerita rakyat setempat sebagai bahan untuk mengajarkan moral dan etika, serta memperkenalkan siswa pada warisan budaya daerah. Cara tersebut bisa menjadi sosialisasi tentang ragam budaya yang humanis kepada generasi muda.

Kita juga harus melibatkan masyarakat dalam proses pendidikan. Guru tidak bisa sendirian menjadi garda terdepan untuk membimbing generasi muda, masyarakat juga harus menyokong alur pendidikan. Dalam kegiatan sehari-hari baik di lingkungan sekolah dan luar sekolah dengan sering melibatkan tokoh masyarakat daerah masing-masing, seniman lokal, tetua adat daerah dalam berbagai kegiatan, dapat tercipta generasi muda yang lebih sadar akan identitas budaya mereka.

Namun, peran pemerintahlah yang paling besar untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bisa mewadahi generasi penerus untuk menjaga budaya lokal. Pemerintah harus lebih aktif membuat regulasi untuk mendukung integrasi kebudayaan lokal dalam pendidikan nasional. Dana dan sumber daya harus dialokasikan untuk program-program yang dapat mendukung keberlanjutan kebudayaan kita, seperti festival budaya, lomba kesenian baik di kancah nasional atau internasional, dan lain-lain.

Menurut saya pendidikan nasional yang ideal adalah pendidikan yang tidak cuma mencetak generasi cerdas secara akademis, tetapi juga generasi yang bangga akan budayanya sendiri. Pendidikan seperti itu yang mampu menyeimbangkan dan menyesuaikan dengan kebutuhan globalisasi tapi tidak acuh dengan kearifan lokal. Pendidikan yang "melek" ragam kebudayaan nasional bukan hanya akan memperkuat identitas nasional, tapi juga memperkaya keragaman yang kita miliki. Dengan begitu, kita akan bisa menjadi generasi yang mampu menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa, sehingga budaya kita tidak akan hilang ditelan zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun