Pada suatu pagi Abdul bersiap berangkat ke sekolah. Abdul membayangkan teman-temannya di sekolah.
  "Uhhh....pasti mereka akan berbuat usil padaku," batin Abdul.
  Waktu itu, Baron dan  teman-temannya menempelkan perekat pada kursi Abdul. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Abdul segera segera bangkit dari kursi. Namun, Abdul agak kesulitan berdiri karena celananya menempel di kursi.
  Begitupun hari berikutnya. Mereka selalu ingin membuat Abdul Malu. Mulai dari menyembunyikan buku, menempelkan perekat pada kursi Abdul dan lain-lain.
  Suatu hari kelas 7B kedatangan murid baru yang bernama Benny. Beni duduk dengan Abdul karena hanya kursi itu yang tersisa. Saat Benny duduk di samping Abdul Benny menyapa Abdul dengan ramah. Abdul pun membalas ramah.
   Ketika kembali dari istirahat, Abdul kehilangan buku biologinya. Teman-teman Abdul tertawa melihat Abdul kebingungan.
  "Kenapa kalian menertawakan Abdul?" tanya Benny sedikit marah."Benny, kamu jangan membantu Abdul. Iya anak kampung miskin lagi. Ia tidak pantas menjadi teman kita," hasut Baron.
  "Beni sebaiknya kamu tidak menolongku! Nanti kamu dijauhi dan diusili teman-teman." pesan Abdul kepada Benny. Akan tetapi beni tetap menolong Abdul. Iya rela dijauhi teman-teman demi membela kebenaran.
  Suatu hari beni memberanikan diri menghadap pak guru. Ia mengadukan kelakuan jahat teman-temannya. Padahal, beni sudah diancam Baron untuk tidak mengadu kepada siapapun.
   Pak guru memanggil orang tua mereka ke sekolah. Pak guru memberitahukan kelakuan buruk anak-anak mereka di sekolah. Orang tua mereka merasa malu. Mereka memarahi dan menasehati anaknya.
  Keesokan harinya Baron dan teman-temannya meminta maaf kepada Abdul. Abdul merasa senang karena teman-temannya tidak jahat lagi kepadanya. Abdul sangat berterima kasih kepada benny.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H