Mohon tunggu...
Ibnu Haikal Bachtiar
Ibnu Haikal Bachtiar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berita, Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Al-Biruni Mempelajari Masalah Faraidh (Ilmu Waris) Menjelang Wafat

20 Oktober 2024   16:10 Diperbarui: 20 Oktober 2024   17:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Dalam kitab Mu'jam al-adab karya Yaqut al-Hamawi, dalam "Biografi Tokoh Ilmu Falak dan Matematikawan Genius, Ahli Sejarah, Bahasa dan Sastra, Penghimpun Berbagai Cabang Ilmu, yakni Abu ar-Raihan al-Biruni (Muhammad bin Ahmad al-Khawarijmi)"- lahir pada tahun 362 H dan wafat pada tahun 440 H- dikisahkan, "selain di beri usia panjang dan kemuliaan dalam banyak hal, Abu ar-Raihan al-Biruni tetap menyibukkan diri dalam ilmu, mencurahkan  diri dalam menulis ilmu dan membuka kunci-kuncinya, serta menguraikan berbagai persoalannya, baik pelik maupun sederhana, ssehingga tangannya tidak pernah berpisah dari pena. Matanya selalu mengkaji dan hatinya selalu merenung, sekedar menyiapkan keperluan hidupnya berupa makanan dan sedikit uang. Sementara itu, kesibukannya pada hari-hari yang lain sepanjang tahun hanyalah menyelesaikan persoalan ilmiah".

Al-Faqih Abu Al-Hasan Ali bin Isa al-Walwaji berkata, "Aku pernah menemui Abu Raihan saat sedang sekarat, meregang nyawa, dan napasnya terengah-engah. Ketika itu, usianya 78 tahun. Dia bertanya kepadaku, 'Apa perkataanmu dahulu tentang jatah waris nenek Fasidah (nenek dari jalur ibu?)' Aku merasa kasihan padanya dan menjawab, 'Dalam kondisi seperti ini, engkau masih bertanya seperti itu? Dia berkata, 'Sunnguh, aku meninggalkan dunia ini dalam keadaan mengerti masalah tersebut lebih baik dibandingkan pergi saat tidak mengerti'. Aku pun mengulang kembali pembahasan tersebut kepadanya hingga dia menghafalnya. Dia juga mengajariku  ilmu yang pernah di janjikannya lalu aku pun berpamitan. Saat sedang berjalan, aku mendengar suara ruangan dan tangisan.

Tokoh yang piawai dalam berbagai ilmu ini menguasai lima bahasa, yakni Arab, Siryani (Syiria), Sansekerta, Persia, dan India. Dia meninggalkan banyak karya dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain ilmu falak (astronomi), medis, matematika, sastra, bahasa dan sejarah yang jumlahnya melebihi 120 karya. Seorang tokoh orientalis Jerman (Carl Eduard Sachau) berkata, "Al-Biruni adalah sosok akal terbesar dalam sejarah". Sementara itu, seorang orientalis Belgia (George Sarton) berkata, "Al-Biruni adalah salah satu ulama islam terbesar dan ilmuwan beasr dunia". Hal ini dapat dilihat dalam biografi dan kehidupannya di kitab Literatur Kitab Ilmiah Arab dalam Ilmu Falak dan Matematika karya Qadri Hafizh Tauqan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun