Mohon tunggu...
Rizka AuliaFauziah
Rizka AuliaFauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student

i am a writer an also as a student of informatic engineering, stay tuned with my writing!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilema Angka Dua Puluh, Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab

10 Oktober 2024   23:17 Diperbarui: 12 Oktober 2024   10:51 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Dilema Angka Dua Puluh: Antara Kebebasan dan Tanggung Jawab

Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin kita masih bersenda gurau di bangku sekolah, tanpa beban dan tanggung jawab yang berarti. Tiba-tiba saja, kita terbangun di usia dua puluhan, dihadapkan pada realita kehidupan yang jauh berbeda dari apa yang kita bayangkan sebelumnya, perjalanan menavigasi fase hidup yang penuh kejutan ini.

 

Perubahan yang Tak Terduga

Menginjak angka dua puluhan seperti memasuki dunia yang sama sekali baru. Tanpa peringatan, segala hal di sekitar kita berubah dengan kecepatan yang kadang sulit diikuti. 

Teknologi berkembang pesat, tren berubah dalam sekejap mata, dan tuntutan hidup semakin kompleks. Kita yang dulu hanya fokus belajar dan bermain, kini harus mulai memikirkan karier, hubungan jangka panjang, dan bahkan masa depan finansial.

Perubahan ini bukan hanya tentang dunia luar, tapi juga tentang diri kita sendiri. Tiba-tiba saja, kita menemukan diri kita memiliki pandangan dan prinsip yang berbeda dari sebelumnya. Hal-hal yang dulu kita anggap penting, kini mungkin terasa remeh. Sebaliknya, aspek-aspek hidup yang dulu kita abaikan, sekarang menjadi prioritas utama.

 

So, Tanggung Jawab itu Beban atau Berkah?

Salah satu perubahan terbesar di usia dua puluhan adalah meningkatnya tanggung jawab. Dulu, kita mungkin hanya bertanggung jawab atas nilai sekolah atau tugas rumah. Sekarang, tanggung jawab itu meluas ke berbagai aspek:

1. Karier: Memilih dan membangun karier bukan lagi sekadar mimpi masa depan, tapi realita yang harus dihadapi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun