[caption id="" align="alignnone" width="789" caption="Gambar: nypost.com"][/caption] Boleh percaya boleh tidak namun penemuan arkeologi dan penelitian sosiologi membuktikan bahwa Nabi Nuh bukan orang Israel namun orang Bogor yang bernama asli Sangkuriang.
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes. " Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lukas 1:59-61 Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. Kejadian 8:4 Anak-anak Nuh yang keluar dari bahtera ialah Sem, Ham dan Yafet; Ham adalah bapa Kanaan. Yang tiga inilah anak-anak Nuh, dan dari mereka inilah tersebar penduduk seluruh bumi. Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya. Kejadian 9:18-21 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN (YHWH); dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Kejadian 8:20 Kerabatku sekalian, Lukas 1:59-61 mengajarkan bahwa bangsa Israel memiliki tradisi untuk menamai anak-anaknya dengan nama leluhurnya. Berdasarkan tradisi demikian maka terbuktilah bahwa Nuh bukan orang Israel, itu sebabnya tidak ada orang Israel yang namanya Nuh. Bangsa Israel juga tidak punya tradisi untuk membuat singkatan nama dan menyingkat nama orang. Itu sebabnya di dalam tradisi Israel Samuel tidak pernah dipanggil Sam. Berbeda dengan bangsa Israel, orang Sunda suka sekali membuat nama singkatan dan memanggil seseorang dengan nama singkat. Misalnya Combro adalah nama singkatan dari oncom di jero (oncom di dalam). Misro adalah nama singkatan dari amis di jero (manis di dalam). Alkitab mencatat, anak-anak nabi Nuh namanya Sem dan Ham serta Yafet. Nama lengkap Sem adalah Semiaji. Nama panjang Ham adalah Hambali. Nama Yafet adalah singkatan dari Yang Mefet artinya yang mepet. Nabi Nuh sendiri namanya Sangkuriang, singkatan dari sang kurilingan biong yang artinya si tuan tanah keliling. Sangkuriang tinggal di Bogor. Bogor artinya aren. Pohon bogor artinya pohon aren. Disebut Bogor karena penduduknya menanam banyak sekali pohon aren untuk disadap dan diolah menjadi tuak. Ketika mendapat perintah untuk membangun bahtera dia pun mencari tempat di sekitar Bogor yang rendah curah hujannya dan terik mataharinya. Di tempat itulah sangkuriang menjemur kayu-kayu yang kemudian dipakai untuk membangun bahtera. Itu sebabnya kampung itu disebut Pamoyanan yang artinya tempat menjemur. Tindakan Sangkuriang membangun bahtera di Pamoyanan membuat gempar dunia persilatan itu sebabnya berbondong-bondong orang-orang dari keempat penjuru dunia mengunjunginya. Awalnya masyarakat Bogor dan sekitarnya menjawab dengan ramah ketika orang-orang asing bertanya jalan ke tempat Sangkuriang membangun bahteranya. Namun karena yang bertanya banyak sekali itu sebabnya setelah bertahun-tahun lewat masyarakat pun kecapean sehingga akhirnya, mereka pun menjawab ogah-ogahan, “Nuh” sambil menunjuk dengan bibir bawahnya ketika ditanya jalan ke tempat Sangkuriang membangun bahteranya. Itu sebabnya Sangkuriang pun kemudian disebut “NUH” oleh Masyarakat dunia. Ketika hujan turun empat puluh hari empat puluh malam, bukan hanya Bogor namun seluruh Jawa Barat pun diterjang oleh banjir bandang. Untuk mengenang peristiwa tersebut dan agar anak cucu tidak melupakan peristiwa tersebut maka Sangkuriang alias Nabi Nuh dan keturunannya pun menamakan kampung-kampung mereka dengan CI yang artinya AIR. Sampai hari ini tradisi demikian lestari. Itu sebabnya sebagaian besar kampung dan kota di Jawa Barat dimulai dengan kata CI. Ada Ciawi, Siteureup, Cicatih, dan lain sebagainya. Alkitab mencatat bahwa bahtera Nuh mendarat di gunung Ararat namun sampai hari ini bangsa Israel sama sekali tidak tahu dimana letak gunung Ararat itu? Itulah bukti lain bahwa Nabi Nuh memang bukan orang Israel. Sesungguhnya bahtera nabi Nuh mendarat di gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya Penangkap Perahu, bukan perahu terbalik. Apabila bahtera nabi Nuh mendarat di gunung Tangkuban Perahu, kenapa Alkitab mencatatnya mendarat di gunung Ararat? Hal itu karena salah paham. Kejadiannya adalah sebagai berikut. Ketika bahtera Nuh mendarat, pada saat itu Nuh sedang tidur siang. Dia terbangun karena ketiga anaknya dan ketiga anak mantunya berteriak-teriak kegirangan, “Aya darat! Aya darat! Aya darat!” Ketika YHWH menceritakan kisah Nuh kepada Musa, Dia menyatakan bahtera Nuh tersangkut di “Aya darat.” Karena tidak bisa bahasa Sunda maka Musa pun mengucapkannya “Ararat” ketika menyuruh Josua untuk mencatat kisah tersebut. Setelah turun dari bahteralah Nuh dan anak-anaknya tahu bahwa tempat yang mereka sebut “Aya darat” itu adalah sebuah gunung. Mereka pun lalu menamai gunung itu Tangkuban Perahu alias gunung Penangkap Bahtera. Setelah mendarat, Nuh mengajak istri dan anak-anak serta mantunya juga binatang-binatang mereka untuk pulang ke Bogor. Perjalan dari gunung Tangkuban Perahu ke Bogor jauh sekali. Itu sebabnya YHWH pun sakau. Untuk mengatasi ssakaunya YHWH pun MENGANJURKAN Nuh mendirikan Mesbah dan memberi korban bakaran bagi-Nya. Itu sebabnya tempat itu pun dinamai CIANJUR, karena di tempat itulah YHWH menganjurkan Nuh mendirikan Mesbah dan memberi korban bakaran bagi-Nya. Bahu membahu dengan ketiga anak mantu dan istrinya Nuh pun mendirikan mesbah. Alkitab mencatat di mesbah yang didirikan itulah Nuh mempersembahkan korban bakaran bagi YHWH. Setelah sakaunya terobati, YHWH pun berjanji akan menyayangi manusia dari generasi ke generasi. Kenapa tempat Nuh mendirikan mesbah untuk menyembah YHWH disebut gunung Parang? Karena di tempat itulah setiap kali Nuh mempersembahkan korban dan ngerumpi dengan YHWH. Sementara YHWH menikmati harumnya daging bakar, Nuh pun meneguk anggurnya. Karena terlalu asyik ngerumpi dan minum akhirnya Nuh mabok. Di dalam mabok itulah Nuh membuka bajunya helai demi helai karena kepanasan oleh anggur dan api dari mesbah. Ketika si Ham alias Hambali anaknya mengolok-oloknya telanjang, Nuh berang bukan alang kepalang. Nabi Nuh lalau mencabut parangnya lalu sambil memaki-maki dia pun mengacung-acungkan parangnya kepada si Ham. Itu sebabnya tempat itu dinamai gunung Parang, gunung dimana nabi Nuh mengacung-acungkan parang kepada si Ham anaknya. Karena kejadian itu pulalah nabi Nuh bukan hanya memusnahkan tanaman anggur bahkan melarang anak cucunya menanam pohon anggur. Untuk penggantinya nabi Nuh menanam TEH dan minum TEH. Itu sebabnya, meskipun tanahnya subur sekali namun di Jawa Barat tidak ada kebun anggur. Yang banyak kebun TEH. Bahkan untuk melestarikan tradisi gemar minum TEH, orang-orang Sunda dalam percakapan sehari-harinya sering sekali menyebut TEH. “Kunaon teh?” artinya “Kenapa? “Kamana teh?” artinya “Kemana?” “Naon teh?” artinya “Apa?” Mesbah nabi Nuh di gunung Parang Cianjur lestari sampai hari ini. Para arkeolog manca negara sangat terkagum-kagum olehnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Politik Selengkapnya