Diabetes atau kencing manis identik dengan kadar gula darah yang tinggi. Penanganan yang diberikan oleh tim medis pun bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah yang di atas normal. Pengobatan seperti ini harus dilakukan rutin setiap hari supaya kadar gula darah pasien tetap normal. Apabila pasien tidak mengkonsumsi obat tersebut kadar gula darah akan tetap tinggi, meski asupan makanan sudah dibatasi. Hal yang paling dikhawatirkan jika kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu yang lama adalah timbulnya komplikasi, seperti luka diabetes, stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, gangguan saraf tepi, gangguan penglihatan, bahkan impoten.
Menjalani pengobatan seperti yang telah diutarakan di atas ibarat menjalankan sebuah siklus yang dimulai dari peningkatan kadar gula darah, lalu diberikan obat, sehingga kadar gula darah akan turun, saat masa kerja obat tersebut habis, gula darah akan meningkat kembali, pasien perlu meminum obat lagi, terus demikian sering kali sampai seumur hidup. Sebagian orang cukup beruntung dengan memperbaiki pola makan saja kadar gula darah kembali normal tanpa perlu bantuan obat. Akan tetapi tidak semua orang berhasil menerapkan hal tersebut. Sehingga masih banyak orang yang mencari-cari pengobatan diabetes yang dirasa tepat.
Sebetulnya diabetes sendiri bukan suatu penyakit yang kerusakannya terjadi di satu organ saja, seperti pankreas. Namun, pada orang yang mengalami diabetes sistem metabolisme glukosa mengalami kekacauan. Sistem ini melibatkan berbagai organ di tubuh kita, seperti pankreas, otak, hati, otot, usus, jaringan lemak, jantung, bahkan ginjal. Perbaikan seluruh organ tersebut perlu dilakukan agar siklus pengobatan diabetes tidak perlu diulangi seumur hidup.
Konsep pengobatan diabetes ini pernah diterapkan sekitar 10 abad yang lalu oleh bapak kedokteran modern, Ibnu Sina. Penyakit diabetes yang saat itu dikenal dengan ziabites cukup banyak ditemukan. Penanganan yang diberikan memang berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi pasien. Selain menggunakan bahan obat-obatan dari tumbuhan maupun serangga, dokter Ibnu Sina juga meminta pasien untuk menjaga asupan makanan serta aktivitas fisik. Seperti yang ditulis pada artikel Diabetes and Related Remedies in Medieval Persian Medicine di jurnal PubMed Central, efek obat-obatan yang diberikan kebanyakan bersifat sistemik untuk mengatur metabolisme gula dalam darah dan memperbaiki organ yang mengalami kerusakan, terutama ginjal.
Alangkah baiknya jika kita dapat menggabungkan teknologi modern pada saat ini dengan ilmu yang telah ada dari berabad-abad lalu (pengobatan komplementer atau penggabungan medis modern dengan medis klasik), sehingga angka kesehatan pasien diabetes dapat meningkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H