"Benjolan di payudara yang mulanya kecil lama-kelamaan menjadi sebesar telur ayam", begitu ujar pasien saya bernama Ibu N (68). Khawatir suatu saat nanti benjolan tersebut bertambah parah, Ibu N pun segera menemui dokter di rumah sakit untuk mendapatkan terapi. Saat itu dokter yang beliau temui menyarankan agar benjolan diangkat melalui prosedur operasi. Beliau mengikuti saran dokter tersebut dan menjalani operasi pengangkatan benjolan di payudara.
Tiga bulan berlalu tidak ada keluhan yang dirasakan oleh Ibu N. Hingga suatu ketika beliau mulai merasa lemas dan perlu menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Sudah jatuh tertimpa tangga, keluhan yang dia rasakan ternyata bertambah yaitu berupa benjolan yang muncul kembali di payudaranya. Kali ini besarnya seukuran kelereng. Merasa khawatir juga was-was, Ibu N segera mendatangi dokter. Berbeda dengan saran awal, dokter yang beliau temui pada saat itu menyarankan Ibu N untuk melakukan kemoterapi karena ternyata benjolan tersebut adalah kanker stadium 3.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebanyakan kemoterapi memiliki efek samping yang kurang nyaman bagi pasien yang menjalaninya. Mulai dari kerontokan rambut, tubuh merasa lemas, kulit kusam, kuku rontok, mual, dan muntah. Memang tidak semua pasien akan merasakan hal demikian, namun banyaknya pasien yang mengeluhkan efek samping itu membuat sebagian besar orang enggan melakukan kemoterapi termasuk Ibu N.
Akan tetapi, bukan hal bijak apabila Ibu N menolak kemoterapi lalu tidak melakukan pengobatan apapun. Beliau tetap berikhtiar untuk mencari pengobatan yang nyaman dan minim efek samping. Hingga suatu ketika beliau datang ke sebuah klinik yang mengklaim bahwa mereka memberikan pengobatan kanker tanpa kemoterapi. Metode yang digunakan klinik tersebut disebut medis klasik Ibnu Sina. Ibu N hanya perlu mengkonsumsi obat yang diracik berdasarkan hasil pemeriksaannya.Â
Dengan kedisiplinan dan kepatuhan Ibu N dalam mengkonsumsi obat, menjaga pola makan, aktivitas fisik, serta mendapat dukungan moral dari pihak klinik, saat ini beliau sudah sehat dan dapat beraktivitas kembali. Tidak ada yang tahu bagaimana nasib Ibu N apabila pada waktu itu beliau menyerah tidak mencari jalan selain kemoterapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H