Dari Keprihatinan Tumbuh sebuah Gerakan
“Gerakan Sekundang Membaca”
Prihatin, itulah kata pertama yang terlontar dari mulut kita ketika kita tahu bahwa secara umum Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dibidang minat baca, berarti minat baca kita “SANGAT RENDAH”
Apa lagi setelah ada penelitian lain. Hasil penelitian internasional, Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 76 negara yang disurvei. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam yang menduduki urutan ke-12 dari total negara yang disurvei.
Mencoba menularkan hobi membaca pada masyarakat sekitar, anak-anak, remaja dan pemuda. Dengan koleksi buku yang masih minim mereka bergerak menjemput pembaca.
Sedangkan hari Minggu mereka masuk ke desa-desa, menjemput pembaca, terutama anak-anak, di balai-balai desa, di Mushola tempat anak-anak berkumpul dan mengaji.
Dari desa ke desa, mencoba menjemput pembaca, menumbuhkan kembali minat baca yang berlahan-lahan sirna karena perkembangan media informasi dan teknologi, televise dan Internet.
Gerakan mereka tampak sepele dimata orang yang kurang paham tentang pentingnya minat baca. Namun dampaknya teramat besar. Kita harus ingat, perintah pertama dalam Alqur’an adalah Iqro’ “Bacalah”