Seni, kata Ki Hajar Dewantara adalah Segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah. Sedangkan Ahdian Karta Miharja mengatakan Seni adalah kegiatan Rohani yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mampu membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.
Geliat seni di Provinsi Bengkulu kian hari makin terasa semaraknya, berbagai komunitas, grup dan kelompok bermunculan dengan nama, warna, gaya dan jenisnya, Seni music, teater, rupa, kriya, seni tradisi, seni sastra dan Literasi yang semakin menyemarakan gairah dan apresiasi seni di Bengkulu. Semua itu merupakan asset yang berharga dan sangat besar kontribusinya untuk kemajuan Bengkulu.
Beberapa waktu yang lalu, dunia seni Bengkulu cukup merasa lega dan sedikit gembira ketika terdengar kabar bahwa Dewan Kesenian Bengkulu sudah terbentuk dan besarlah harapan para penggiat Seni Bengkulu untuk memiliki wadah atau induk yang bisa mengayomi, mengakomodir dan memberi peluang untuk kemajuan dan majunya seni di Bengkulu, namun, sayang sejuta kali sayang, harapan itu hanyalah tinggal harapan, hanya sebuah fatamorgana di padang gersang. Dewan Kesenian Bengkulu sudah diaborsi sebelum dikandung. Bagantung indak Batali, Ijal. Indak Jale.
Komunitas yang diketuai oleh drg. Diana Gustinawati ini belumlah begitu lama umur kiprahnya, namun sudah terasa makna dan besar artinya, bagi seni dan penggiat seni. Komunitas yang bermarkas Di Resto Ayam Lepas, sebuah resto yang teramat nyaman, yang berada di destinasi wisata terkenal Bengkulu.
Pantai Panjang. Komunitas Ambin menjadikan Resto ini sebagai Base camp, tempat diadakannya berbagai kegiatan seni dan apresiasi seni. Resto Milik Bapak Efendi Muhammad Jamal yang bertindak sebagai salah satu Pembina dan penggagas Komunitas Ambin ini cukup Representatif sebagai tempat mengapresiasikan berbagai kegiatan seni. Selain di Resto Ayam Lepas, anggota komunitas Ambin juga tampak berkumpul, berdiskusi dan tukar pikiran di “Warung Kopi Rumoh Aceh” yang berada di kawasan Centra Kuliner Bengkulu, yaitu di kawasan Pintu Batu Kota Bengkulu.
Memang ada sebagian yang tampak mengecilkan, meragukan dan sedikit mimicingkan mata akan hadirnya komunitas AMBIN, tapi adalah hal biasa dalam belantara Seni, kuncinya saat ini, apakah Komunitas seni yang tergabung di AMBIN mau dan punya kemampuan bersinergi, Diambin dan mengambin.
Semoga tidak terlalu berlebihan bila harapan para penggiat seni Bengkulu, tentang adanya sebuah wadah atau induk yang dapat memberikan ruang-ruang apresiasi untuk semua bentuk seni. Dan untuk saat ini ada sedikit harapan di Komunitas AMBIN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H