Istilah subaltern democracy merujuk pada filosofi politik yang menempatkan kepentingan kelompok minoritas dan marjinal sebagai pusat pengambilan keputusan. Filosofi ini jarang didengar dalam diskursus demokrasi di Indonesia, tetapi menurut Haidar Alwi, inilah yang seharusnya menjadi arah baru politik bangsa.
Gerakan Sosial sebagai Pilar Demokrasi.
Haidar Alwi juga menyoroti pentingnya peran gerakan sosial dalam memperkuat demokrasi. Melalui program santunan untuk satu juta anak yatim dan dhuafa, ia menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya soal politik, tetapi juga soal keberpihakan kepada yang lemah.
"Gerakan rakyat bantu rakyat adalah manifestasi dari altruistic collectivism, di mana masyarakat bekerja bersama demi kebaikan bersama tanpa pamrih," tambahnya.
Istilah altruistic collectivism ini menggambarkan semangat gotong royong yang tidak hanya memperkuat solidaritas sosial, tetapi juga menjadi landasan bagi demokrasi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Mengawal Masa Depan Demokrasi.
Haidar Alwi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengawal putusan MK ini hingga benar-benar terealisasi dalam perubahan regulasi. Ia percaya, tanpa dukungan dan partisipasi rakyat, demokrasi tidak akan bisa tumbuh dengan baik.
"Kita harus terus bergerak. Demokrasi adalah proses yang membutuhkan komitmen bersama. Dengan langkah ini, kita bisa membangun Indonesia yang lebih kuat dan bermartabat," pungkas Haidar Alwi.
Melalui inisiatif-inisiatifnya, Haidar Alwi menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya tentang pemilu atau regulasi, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif yang berpihak pada rakyat. Dengan semangat ini, ia berharap Indonesia dapat melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H