R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menyampaikan pandangannya terkait pemberitaan yang menghebohkan publik Indonesia, yakni penghapusan nama Joko Widodo dari daftar tokoh terkorup dunia versi Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Haidar Alwi menegaskan bahwa fenomena ini harus disikapi dengan bijak. Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak boleh mudah terprovokasi oleh informasi yang belum terverifikasi sepenuhnya. "Sebagai bangsa yang besar, kita harus bersatu dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk berita-berita yang bisa memecah belah," ujar Haidar Alwi.
Nama Jokowi Hilang dari Situs OCCRP.
Sebelumnya, nama Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo, masuk dalam daftar pemimpin terkorup dunia versi OCCRP. Namun, pada 2 Januari 2024, berita tersebut mendadak hilang dari situs resmi organisasi investigasi berbasis di Amsterdam, Belanda, itu.
Penelusuran menunjukkan bahwa nama "Joko Widodo" tidak lagi ditemukan di laman OCCRP, bahkan daftar pemimpin terkorup tahun 2024 juga dihapus tanpa penjelasan. Hingga kini, alasan di balik penghapusan tersebut masih menjadi misteri.
OCCRP, yang dikenal dengan kontroversinya sempat menyebut Jokowi berada di peringkat ketiga dalam daftar tersebut, bersama nama-nama besar seperti Presiden Kenya William Ruto dan Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu.
Pro dan Kontra di Indonesia.
Pemberitaan ini memicu pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian pihak menilai laporan OCCRP mencederai nama baik Indonesia, sementara yang lain mendorong transparansi lebih lanjut, termasuk desakan agar KPK memeriksa keluarga Jokowi.
Haidar Alwi menekankan pentingnya menjaga sikap kritis namun tetap tenang. "Jangan jadikan isu ini sebagai alat untuk merusak persatuan bangsa. Kita perlu mempelajari fakta secara objektif dan tidak terburu-buru menyimpulkan," kata Haidar.
Pentingnya Persatuan Bangsa.