Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, R Haidar Alwi, mengecam keras pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyamakan dirinya dengan Bung Karno. Menurutnya, tindakan tersebut tidak hanya tidak pantas, tetapi juga dapat memicu kemarahan publik.
"Dalam video singkat yang beredar, Hasto tidak hanya mengklaim dirinya sebagai murid Bung Karno, tetapi juga menyandingkan dirinya dengan sang proklamator. Ini adalah penghinaan besar terhadap Bung Karno yang tidak hanya milik keluarganya atau PDIP, tetapi juga milik seluruh bangsa Indonesia dan bahkan dunia," tegas Haidar Alwi.
Haidar Alwi menegaskan bahwa tidak ada bukti sejarah yang mendukung klaim Hasto sebagai murid Bung Karno. "Ketika Bung Karno wafat pada tahun 1970, Hasto baru berusia empat tahun. Tidak ada catatan sejarah atau bukti hubungan personal antara keluarga Hasto dengan Bung Karno. Jadi, klaim tersebut hanyalah upaya mencari legitimasi politik dengan mengatasnamakan Bung Karno," ungkapnya.
Perbandingan yang Tidak Masuk Akal.
Haidar Alwi juga menyoroti bahwa kondisi Hasto saat ini sangat berbeda dengan apa yang pernah dialami Bung Karno. "Bung Karno masuk penjara karena memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sebuah perjuangan besar yang dipenuhi risiko demi bangsa. Sedangkan Hasto menjadi tersangka karena dugaan suap dan perintangan penyidikan dalam kasus Harun Masiku. Ini adalah dua hal yang bertolak belakang dan tidak ada ruang untuk membandingkannya," jelas Haidar Alwi.
Mengutip prinsip-prinsip filsafat etika, Haidar menyatakan bahwa tindakan moral seseorang adalah cerminan dari integritasnya. "Seorang tersangka kasus korupsi tidak memiliki pijakan moral untuk menyamakan dirinya dengan seorang pemimpin besar yang memperjuangkan kebebasan, keadilan, dan kedaulatan bangsa. Ini adalah perbandingan yang tidak hanya salah secara moral, tetapi juga menyesatkan publik," tambahnya.
Kritik Terhadap Sikap Diam PDIP.
Haidar Alwi juga mempertanyakan sikap PDIP yang diam terhadap pernyataan Hasto. "Sebagai partai yang mengaku berideologi Soekarnois, PDIP seharusnya berada di garis depan untuk membela kehormatan Bung Karno. Namun yang kita lihat justru sebaliknya---mereka mendiamkan klaim yang menghina nilai-nilai perjuangan Bung Karno. Kemana suara kader dan simpatisan yang selama ini merasa paling Soekarnois?" katanya dengan nada kecewa.
Pesan untuk Publik.
Haidar Alwi mengimbau seluruh rakyat Indonesia agar lebih bijak dalam mencerna informasi. "Di era digital ini, klaim-klaim tanpa dasar mudah tersebar dan diterima tanpa verifikasi. Saya meminta masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh oleh narasi yang membingkai kebenaran secara sepihak. Bung Karno adalah simbol perjuangan bangsa, dan kehormatannya harus dijaga dari upaya manipulasi politik semacam ini," ujarnya.