Keberadaan Sumber Winong: Mata Pencaharian dan Cerita Mistis
Sebelum adanya pipa yang mengalirkan air, warga banyak mencari sumber air di Winong. Mata air ini menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Terkait cerita mistis, konon sumber tersebut memiliki jimat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, namun seiring berjalannya waktu, berita mengenai jimat tersebut mulai menghilang.
Tentang jejak kaki wali yang ada di tempat tersebut, masih belum jelas apakah itu fakta atau mitos. Ada yang mengatakan itu adalah jejak Nabi Khidir. Pada zaman dulu, terdapat banyak jimat di tempat tersebut. Namun, seiring waktu, jimat-jimat tersebut hilang setelah diriyadhoi atau ditirakati oleh orang-orang yang pandai.
Alasan dinamai "Winong" sudah ada sejak zaman nenek moyang. Sumber tersebut tidak dapat dimanfaatkan karena sudah terlanjur dicor membentuk kolam kotak, sehingga sulit untuk digunakan. Nama "Winong" sendiri berasal dari banyaknya pohon winong di sekeliling kolam tersebut, namun masyarakat sekarang kurang mengetahui mengenai pohon winong karena sudah ada sejak zaman nenek moyang.
Saat ini, kondisi sumber air Winong mangkrak dan hanya sebagian masyarakat di daerah bawah, yaitu desa Kedawung bawah, yang memanfaatkan sumber tersebut. Di situ juga terdapat gua bernama Gua Landak, dengan pintu masuk kecil yang menyimpan air, terletak sekitar 100 meter dari sumber air.
Mbah Kusno dan Jejak Kaki Wali di Sumber Winong
Menurut Mbah Kusno, pada sumber tersebut terdapat bekas jejak kaki wali yang terletak pada serpihan atau bongkahan batu yang terkikis. Uniknya, ketika diukur dengan ukuran kaki dewasa, jejak kaki tersebut pas. Begitu pula ketika diukur dengan jejak kaki anak kecil, jejak tersebut juga pas. Entah itu bagian kaki kanan atau kiri, yang pasti saya sendiri pernah mencoba mengukur kaki saya pada batu tersebut. Konon, tempat itu tidak ada yang berani mengusik karena merupakan tempat para wali.
Asal mula kamar mandi (kolam sumber) terletak di selatan sungai, sebelah bambu, kemudian dipindahkan ke arah timur dengan menggunakan tongkat para wali yang diseret ke arah selatan dan menerjang batu kikis. Kemudian batu tersebut dipahat, namun upaya tersebut gagal karena ada suara ayam berkokok yang menandakan waktu sudah pagi, karena perjanjiannya hanya satu malam harus selesai.
Sebelah utara sungai, sumber tersebut ditutup dengan balok kotak sehingga air tidak bisa mengalir. Menurut sejarah terdahulu, di tempat tersebut terdapat lunguran (tempat terbuka) yang disebut selo natah (batu yang dipahat). Konon, pahat tersebut masih tertancap di batu tersebut. Asal usul nama sumber Winong sendiri konon berasal dari adanya pohon winong yang besar di sebelahnya, dan seiring berjalannya waktu dinamakanlah sumber Winong.