Satu minggu terakhir ini heboh dunia maya dengan pemberitaan salah satu " Gus " ternama di Indonesia menghina pedagang asongan dalam suatu pengajian yang berlangsung di Magelang Jawa Timur. Sebetulnya berita itu terbilang receh karena seringnya perbuatan bully, yang sering dilakukan sebagian masyrakat kita. Berita menjadi besar bahkan menjadi isu nasional karena pelakunya justru seorang urusan khusus presiden.Â
Salah satu status menanggapi isu di atas adalah Gus Miftah alias Ta'im alias siapapun namamu, kamu kurang ajar. Ayat mana yg membolehkanmu menghina orang kecil se'goblok' itu? Carilah rejeki dgn cara lain. Berhenti jualan agama. Cobalah jualan es teh keliling. Lalu lewatlah depan rumahku. Entar kuteriakin 'goblok' juga spy kamu tahu rasanya.. Kondisi ini yang kemudian mengajarkan moral terbesar dalam kehidupan manusia. Â Dari es teh kita belajar bahwa adab adalah kasta tertinggi bagaimana kita memuliakan manusia lain apapun profesinya. Marilah kita belajar banyak dari kejadian ini bahwa ada hubungan entara ilmu dan adab.Â
Adab dan ilmu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan seseorang yang mencari kebenaran dan kebijaksanaan. Adab merujuk pada tata krama, moral, dan sikap yang baik, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pengalaman. Dalam Islam, keduanya memiliki kedudukan yang sangat penting karena menjadi dasar kesempurnaan seseorang sebagai manusia. Adab tanpa ilmu dapat menyebabkan kebodohan, sedangkan ilmu tanpa adab dapat menimbulkan kesombongan dan kerusakan.
Hubungan antara adab dan ilmu sangat erat, karena adab menjadi pondasi bagi seseorang untuk mempelajari dan mengamalkan ilmu dengan benar. Tanpa adab, ilmu yang dimiliki seseorang bisa menjadi tidak bermanfaat atau bahkan berbahaya. Misalnya, seorang ilmuwan yang tidak memiliki adab mungkin menggunakan pengetahuannya untuk tujuan yang merusak, seperti memproduksi senjata yang membahayakan umat manusia. Oleh karena itu, adab harus mendahului ilmu agar ilmu tersebut membawa kebaikan bagi pemiliknya dan masyarakat sekitar.
Di sisi lain, ilmu juga membantu seseorang memahami pentingnya adab. Ilmu memberikan wawasan tentang nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh manusia. Dengan memahami ilmu, seseorang akan semakin menyadari betapa pentingnya beradab dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang pelajar yang memahami ilmu agama akan mengerti bahwa menghormati guru dan orang tua adalah bagian dari adab yang harus dijaga. Dengan demikian, ilmu dan adab saling melengkapi dalam membentuk karakter manusia.
Pentingnya hubungan ini juga tercermin dalam sejarah peradaban Islam. Para ulama terdahulu, seperti Imam Malik dan Imam Syafi'i, menekankan pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Mereka mengajarkan bahwa sikap hormat kepada guru, kesabaran dalam belajar, dan kerendahan hati adalah bagian dari adab yang harus dimiliki oleh setiap pencari ilmu. Bahkan, mereka sering menyatakan bahwa adab adalah setengah dari ilmu itu sendiri. Hal ini menunjukkan betapa adab memiliki posisi yang sangat mulia dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian adab dan ilmu adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Keduanya harus berjalan beriringan agar ilmu yang dimiliki seseorang dapat bermanfaat dan membawa kebaikan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dengan memiliki adab, ilmu yang dipelajari akan menjadi lebih bermakna, sedangkan dengan ilmu, seseorang akan semakin memahami pentingnya menjaga adab. Oleh karena itu, setiap pencari ilmu harus senantiasa mengutamakan adab dalam setiap langkahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H