PENURUNAN EKONOMI DI KOREA UTARA
SETELAH PANDEMI COVID-19
2023-2024
Hafsyah Regita Tiara Putri
Korea Utara memiliki ekonomi komando (terpusat). Negara mengendalikan semua alat produksi, dan pemerintah menetapkan prioritas dan penekanan dalam pembangunan ekonomi. Sejak 1954, kebijakan ekonomi telah diumumkan melalui serangkaian rencana ekonomi nasional. Pada tahun 2023, Korea Utara menunjukkan kemunduran ekonomi dengan mengintensifkan kontrol negara atas ekonomi menempatkan peningkatan standar hidup sebagai pertimbangan sekunder. Korea Utara bergantung pada industri berat walaupun tidak dapat bersaing secara gpobal dan kurang efisien ini menyebabkan penurunan standar hidup untuk warga biasa tapi memberikan strategi untuk keberlanjutan kepemimpinan Korea Utara.
Terjadinya penurunan ekonomi
Ekonomi Korea Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2022. Situasi itu sekaligus menandai penurunan selama tiga tahun berturut-turut.
anjloknya perekonomian Korea Utara saat ini masih merupakan dampak dari sanksi internasional dan pandemi Covid-19. Korea Utara menghadapi sanksi ekonomi internasional karena program persenjataannya dan menutup perbatasannya dari Januari 2020 hingga September 2023 untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Penyebab terjadinya penurunan ekonomi
Sejak kemerosotan ekonomi pada pertengahan 1990-an, pemerintah semakin sulit memperoleh pendapatan yang cukup untuk menyediakan layanan kesejahteraan sosial yang paling mendasar sekalipun. Terlepas dari tingkat keparahan pandemi Covid-19, sebagian besar warga tampaknya tidak lagi dapat mengakses perawatan medis dasar dari pemerintah. Meskipun pemerintah menyediakan setidaknya akses dasar terhadap air dan sanitasi bagi sebagian besar penduduk (masing-masing 93,8% dan 84,7%), hanya setengah dari penduduk (52,3%) yang memiliki akses terhadap listrik.
Krisis pangan yang masih di rasakan masyarakat Korea Utara karena terjadinya pandemi Covid-19 masih dirasakan sampai saat ini. Gagal panen juga menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan ekonomi di Korea Utara karena cuaca yang buruk. Kemiskinan yang dialami warga negara Korea Utara juga menjadi salah satu penyebab turunnya ekonomi Korea Utara. Dan penyebab lainnya karena produksi dari industri pertambangan dan manufaktur turun 4,6% dibandingkan tahun lalu dan output dari sektor pertanian dan perikanan turun 2,1%. Namun pencapaian paling signifikan pada tahun 2023 adalah panen yang bisa dibilang relatif baik.
Langkah yang diambil pemerintah
Kwon Tae-jin mengatakan pembatasan perdagangan lintas batas karena pandemi kemungkinan telah menghambat pembelian beras tidak resmi dari China. Upaya otoritas Korea Utara untuk memperketat kontrol dan membatasi aktivitas pasar juga memperburuk situasi.
Politburo partai sebelumnya mengatakan bahwa titik balik diperlukan untuk menggenjot perubahan dalam sektor pertanian
Tahun 2023 diadakannya Rapat pleno Komite Pusat Partai Buruh diadakan hanya untuk membahas masalah pertanian, meski sering menjadi topik utama di konferensi yang lebih luas di Korea Utara. Dalam rapat pleno ini berfokus untuk meningkatkan produksi pada biji-bijian.
Para ahli mengatakan pertemuan para pemimpin partai pekerja yang akan datang kemungkinan akan memberi dukungan bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk program senjata nuklirnya demi menentang tekanan dan sanksi yang dipimpin AS.
Krisis pangan yang dialami Korea Utara
Kegagalan Korea Utara untuk mempertahankan  sistem distribusi publik untuk makanan setelah runtuhnya blok Soviet dan pemotongan bantuan dari Tiongkok pada tahun 1990-an menyebabkan kelaparan besar yang diperkirakan telah  menewaskan antara 2,5 dan 3,5 juta orang dari populasi sekitar 20 juta. Angka kelahiran turun di bawah 2. Negara memangkas kebijakan pengendalian populasi pada tahun 1990-an untuk mendorong kelahiran, hanya saja kelaparan menyebabkan lebih banyak perempuan dipaksa bekerja di pasar gelap. Infrastruktur perawatan kesehatan yang buruk dengan  angka kematian bayi yang tinggi selama tahun 1990-an memperkuat tren penurunan angka kelahiran.
Dampak Covid-19 pada perekonomian Korea Utara
Meskipun sanksi ekonomi tetap ada, ekonomi tumbuh karena pelonggaran pembatasan terkait COVID, pertumbuhan perdagangan dengan China, dan kondisi cuaca yang menguntungkan. Selama pandemi, kelompok-kelompok kemanusiaan menyuarakan kekhawatiran tentang kekurangan pangan bagi banyak warga Korea Utara. Dan pada bulan Januari lalu, pemimpin Kim Jong Un mengatakan kegagalan menyediakan kebutuhan hidup dasar termasuk makanan bagi masyarakat merupakan masalah politik yang serius. Sebagian besar pakar menilai pemulihan pada tahun 2023 bersifat sementara, tetapi ada juga faktor-faktor positif, seperti kemungkinan pertumbuhan lebih lanjut dalam perdagangan dengan China dan perluasan kerja sama ekonomi dengan Rusia.
Pyongyang dan Moskow sepakat bulan lalu untuk memperluas kerja sama dalam perdagangan, ekonomi, dan investasi saat mereka menandatangani pakta pertahanan bersama selama kunjungan pertama Presiden Rusia Vladimir Putin ke Korea Utara sejak tahun 2000. Dan pada tahun 2023, perdagangan Korea Utara dengan China mencapai 98,3% dari total volume perdagangan, menurut BOK.
Volume perdagangan Korea Utara naik 74,6% menjadi US$ 2,77 miliar pada tahun 2023, setelah tumbuh pada rekor tertinggi sebesar 123,9% pada tahun 2023, ketika Korea Utara mulai melonggarkan kontrol perbatasan akibat pandemi.
Namun, angka tersebut masih lebih rendah dari 2019 di mana volume perdagangan mencapai US$ 3,25 miliar sebelum COVID melanda.
Ekspor Korea Utara juga melonjak 104,5% pada tahun 2023, dipimpin oleh sepatu, topi, dan wig. Sementara tingkat impor naik 71,3% akibat lonjakan permintaan pupuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H