Anemia defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya. Data Riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2021 menunjukkan bahwa 78% ibu hamil mengalami anemia, naik dari 48,9% pada tahun 2019 (Kemenkes RI, 2021).
Ibu  hamil  dengan  anemia karena  kekurangan  zat  besi  yang  disebabkan  karena kurangnya mengkonsumsi tablet Fe saat hamil, kesulitan mendapatkan informasi karena promosi kesehatan yang kurang atau frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan yang  tidak  dilakukan  teratur  sehingga  informasi  yang diberikan kepada ibu hamil menjadi terlambat (Alemu, 2015). Salah  satu  upaya  untuk  mengurangi  angka kejadian anemia pada ibu hamil yaitu dengan pemberian tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan (Kemenkes RI. 2019).
Kami mahasiswa keperawatan semester 3 fakultas ilmu kesehatan universitas madani mendapatkan tugas Project Based Learning (PjBL) pada mata kuliah keperawatan maternitas dan komunikasi terapeutik keperawatan. Berdasakan informasi yang ada, kami memutuskan untuk mencari tahu tingkat pengetahuan ibu hamil akan pentingnya konsumsi tablet tambah darah selama masa kehamilan, serta melakukan kegiatan berupa edukasi untuk dijadikan sebagai bahan tugas project based learning. Mahasiswa yang terlibat dalam project ini antara lain: Rona Aprian Nurmaya Dewi, Fatimah Bahirotu Balqis, Hafshah Sal Sabiila, dan Putri Azhura Wibudi Asti.
Puskesmas Piyungan sebagai sasaran edukasi karena puskesmas ini menyediakan layanan unit Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sehingga memiliki banyak pasien ibu hamil mulai dari trimester satu hingga tiga. Selain itu, lokasi Puskesmas Piyungan strategis dekat Universitas Madani. Kami menemui Ibu Puji Arum Sari, ST. sebagai Kepala Subbagian Tata Usaha Puskesmas Piyungan pada tanggal 25 November 2024 untuk menawarkan proposal sebagai permohonan izin pelaksanaan kegiatan PjBL di Puskesmas Piyungan. Adapun waktu dan metode yang telah disepakati yaitu pada tanggal 2 Desember dan 4 Desember 2024, dengan metode edukasi individual.
Dalam dua kali kunjungan ke Puskesmas Piyungan, kami mendapati 13 ibu hamil. Sebelum diberikan edukasi, ibu hamil diberikan pre-test dalam bentuk kuesioner untuk menggukur tingkat pengetahuan ibu hamil sebelum dilakukan edukasi. Hasil pre-test menunjukkan bahwa dari 13 orang ibu hamil, 1 orang memiliki pengetahuan rendah (skor 30), 10 orang memiliki pengetahuan cukup (skor 41-60), 2 orang memiliki pengetahuan baik (skor 61-80), dan belum didapatkan ibu hamil dengan pengetahuan sangat baik atau skor lebih dari 81.
Setelah pre-test, kami melakukan edukasi dengan memberikan materi mengenai anemia dan tablet tambah darah. Materi edukasi tersebut berisi tingkat anemia pada ibu hamil di Indonesia, penyebab anemia, pencegahan dan penanganan masalah anemia, dampak anemia pada ibu hamil dan janin, pentingnya konsumsi tablet tambah darah, serta tips konsumsi tablet tambah darah yang benar.
Pada tahap akhir, post-test dilakukan dengan cara yang sama, yaitu melalui pengisian kuesioner oleh ibu hamil. Hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pengetahuan responden. Tidak ada lagi ibu hamil yang memiliki pengetahuan rendah, sementara ibu hamil dengan pengetahuan cukup, menurun dari 10 orang menjadi 4 orang. Jumlah ibu hamil dengan pengetahuan baik tetap sama, yaitu 2 orang. Peningkatan drastis ditemukan pada ibu hamil ketika hasil menunjukkan ibu hamil dengan pengetahuan sangat baik mengalami meningkatan dari yang sebelumnya tidak ada menjadi 7 orang.
Hasil ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan yang diberikan efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya konsumsi tablet tambah darah. Peningkatan pengetahuan ini diharapkan menjadi bekal ilmu untuk ibu hamil dalam mencegah ataupun menangani masalah anemia pada priode kehamilan. Harapannya dengan teratasi masalah anemia, menurun pula kasus cacat dan kematian pada ibu hamil dan bayi yang disebabkan oleh anemia.