Kali ini saya akan menganalisa bahasa tubuh Bapak Presiden SBY pada saat berpidato mengenai polusi asap di Riau.
Pada saat Bapak SBY sedang berpidato tentang polusi asap di Riau, beliau terlihat meluruskan telunjukknya, "menurut Herman Strehle dalam buky; Meinen, Gesten Und Gebarden, meluruskan telunjuk ini sering dilakukan untuk mengarahkan perhatian pada benda yang ada dalam ruangan atau menunjuk seseorang. Jadi perhatian ditujukan pada sesuatu. Meluruskan telunjuk ke depan berarti perhatian pada sesuatu yang tidak menentu."
Setelah itu Bapak SBY membuka tangannya ke bawah secara berkali-kali, "menurut Herman Strehle dalam buku; Meinen, Gesten Und Gebarden, membuka tangan ke bawah maka ini berarti menekan atau menahan sesuatu. Ini dilakukan dengan meregangkan jari, melebarkan bidang agar lebih besar untuk menekan. Secara sekunder gerakan ini dilakukan apabila kita ingin menenangkan, meredakan situasi. Mengatasi sesuatu dapat juga dengan tangan yang dihadapkan ke bawah, terbuka. Sikap gerakan ini dapat dilihat pada orang yang kurang percaya diri sendiri, kurang tegas, tampak seolah-olah mencari sandaran."
Lalu pada saat Bapak SBY mengatakan kalau negara Singapura berlebihan karena telah mengatakan negara Indonesia sejak tahun 1997 sudah mencemari negara Singapura, Bapak SBY terlihat menggelengkan kepalanya, "menurut Herman Strehle dalam buku Meinen, Gesten Und Gebarden, menggelengkan kepala yaitu gerakan-gerakan menghadap dan menjauh berganti-ganti sehingga timbul gerakan-gerakan kiri dan kanan, secara primer disebabkan adanya gangguan pada muka misalnya lalat atau nyamuk. Seacara sekunder berarti bahwa orang tersebut ingin mengusir pikiran yang mengganggu. Akan tetapi dalam hubungan dengan orang lain maka dapat diartikan bahwa ia menolak sesuatu."
Saat itu terlihat juga Bapak SBY menundukkan kepalanya, "menurut Herman Strehle dalam buku; Meinen, Gesten Und Gebarden, menundukkan kepala berarti pada keadaan menyerah yang berarti pula menurunkan pandangan, menghapus hubungan dengan dunia luar. Sikap orang yang tidak berdaya lagi dan menyerah. Menundukkan kepala dan melihat ke bawah, memberikan kesan lain, kesan seolah-olah orang tersebut mempunyai kesalahan, yang biasanya disadari. Dan dengan demikian ia ingin menghindarkan hubungan pandangan, tidak berani beradu pandang, menyembunyikan sesuatu."
Sumber: Buku Meinen, Gesten Und Gebarden
www.youtube/watch?V=WtB-UnOn000
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H