Disokong dengan anggaran tahun 2022, pemerintah melakukan proses lelang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) serta berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan, pegiat literasi, TNI, dan masyarakat setempat, untuk mensukseskan program ini.
Namun, bantuan dan program ini tidak akan berhasil tanpa kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola dan memanfaatkan buku bacaan.
Sehingga, mereka perlu dibekali dengan ilmu agar dapat memajang, merawat, dan merotasi/menyimpan buku dengan baik. Agar buku-buku yang telah disediakan ini tidak cepat rusak seperti yang terjadi di sekolah Ali.
Karena bagaimanapun bagusnya program pemerintah dan sumbangsih relawan serta pegiat literasi, jika tidak diimbangi dengan perawatan yang baik dari pihak sekolah dan pustakawan, tentu hal ini akan menjadi sia-sia.
Selain itu, kepala sekolah, guru dan pustakawan yang belum tahu cara melakukan kegiatan membaca yang menarik dan menyenangkan bersama anak-anak, mereka dapat memancing minat siswa dengan kegiatan membaca nyaring, membaca bersama, dan, meminjam buku untuk ekstrakurikuler.
Di sisi lain, pemerintah juga memberikan akses buku digital secara gratis melalui berbagai platform bagi para siswa. Hal ini sekaligus untuk membantu para siswa, guru, dan orang tua agar melek teknologi di era modern ini, khususnya bagi daerah 3T.
Buku-buku yang bisa diakses secara gratis ini di antaranya: Buku Digital Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra (budi.kemdikbud.go.id), Buku Nonteks Pusat Perbukuan (buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-non-teks), Literacy Cloud (literacycloud.org), serta Let's Read (letsread.org).
Sementara bagi kepala, sekolah, guru, dan pustakawan, bisa mengakses materi pelatihan melalui Platform Merdeka Mengajar (guru.kemdikbud.go.id).
Agar Kemdikbud dapat mensukseskan Semarak Merdeka Belajar dalam program Buku Bacaan Bermutu Untuk Literasi Indonesia, semua pihak tentu harus bergerak bersama.
Seperti misalnya, Pemerintah Daerah harus mensosialisasikan buku bacaan dan penggunaan SIPLah/Arkas dalam pembelanjaannya dan menyiapkan anggaran pengadaan buku bacaan dan/atau perpustakaan/pojok baca.
Lalu sekolah mengakses modul pelatihan literasi di PMM, memanfaatkan pelantar digital untuk mengakses buku bacaan bermutu, serta mengembangkan koleksi buku bacaan bermutu menggunakan BOS Mulai pembiasaan membaca setiap hari.