Mohon tunggu...
Hafizul Umam
Hafizul Umam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aktivis Muslim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resistensi Sipil Global dan Masa Depan Kemerdekaan Palestina

10 Desember 2023   09:02 Diperbarui: 10 Desember 2023   09:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Konflik antara Palestina dan Israel pasca perlawanan kelompok militant Hamas pada 7 Oktober masih berlanjut. Israel membalasnya dengan terus melakukan serangan terhadap jalur Gaza baik darat, udara maupun laut, serangan Israel tersebut telah mengakibatkan krisis kemanusiaan di Palestina, kebijakan Israel untuk melarang masuknya bantuan kemanusiaan ke jalur gaza memperparah kondisi, hal ini tentu merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional dan mengarah kepada tindakan kejahatan kemanusiaan atau genocide, kebanyakan dari korban akibat serangan Israel ke Palestina ini yaitu anak-anak dan perempuan yang tidak berdosa, sehingga dunia internasional banyak melakukan kecaman terhadap tindakan Israel ini terutama dari negara-negara muslim dunia, namun kita  menyayangkan ketidaktegasan negara-negara muslim khususnya di timur tengah dalam merespon tindakan Israel ini, negara-negara Arab terkesan membiarkan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.

          KTT OKI yang diselenggarakan di Riyadh Arab Saudi minggu lalu hanya menghasilkan kesepakatan negara-negara muslim untuk mengecam apa yang dilakukan oleh Israel, rasanya sangat sulit untuk menghentikan Israel sebatas dengan mengeluarkan kecaman tanpa adanya langkah konkrit dan jelas dalam merespon konflik yang tengah terjadi. Perubahan sikap dan lemahnya negara-negara Arab khsusunya dalam merepon konflik Palestina Israel telah banyak mengalami perubahan pasca terjadinya sekuritisasi demokrasi atau Arab spring yang telah mempengaruhi konfigurasi kompleksitas keamanan timur tengah hari ini. Pasca Arab spring pola kekuatan di timur tengah tidak lagi berfokus pada konflik Arab-Israel akan tetapi memunculkan isu sektarian seperti terbaginya dunia Arab kedalam dua kelompok aliran keagamaan yang besar yaitu Arab Saudi dengan Sunni dan Iran dengan gerakan Syiah, isu aliran kegamaan ini telah banyak mempengaruhi kompleksitas keamanan timur tengah dalam beberapa dekade terakhir.

                Kekhawatiran negara-negara Arab dan teluk terhadap gerakan revolusioner syiah Iran mendorong beberapa negara Arab untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, kebijakan normalisasi ini didukung oleh Amerika Serikat sebagai negara inisiator dan sponsor dari kebijakan ini, dengan kebijakan normalisasi ini negara-negara Arab akan di dukung oleh Amerika serikat dalam melawan pengaruh Iran khsusunya di kawasan Timur Tengah, terbukti Iran merupakan satu-satunya negara yang berani melakukan konfrontasi militer melalui proksi-proksinya seperti Hizbullah di Lebanon maupun Houti di Yaman untuk melawan Israel, selain itu Iran juga mengusulkan kepada negara-negara muslim untuk mengirim senjata ke Palestina, namun kemudian usulan itu ditolak, begitupun dengan usulan untuk memberikan sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap Israel pun juga ditolak. Kebijakan negara-negara Arab yang terkesan lemah dalam merespon tindakan Israel tersebut menunjukkan bahwa negara-negara Arab lebih memilih untuk melindungi kepentingan nasional masing-masing ketimbang melakukan konfrontsasi terhadap Israel.

                Masyarakat sipil global juga banyak dikecewakan dengan sikap hipokrit negara-negara yang selama ini menyuarakan hak asasi manusia, keadilan, kebebasan dan menujukkan ketegasan ketika Ukraina di invasi oleh Rusia, namun mereka menujukkan sikap yang berbeda ketika dipertontonkan dengan kebiadaban Israel terhadap Palestina. Kekecewaan ini kemudian menyebabkan terjadinya gerakan sipil melalui demonstrasi besar-besaran bukan hanya di negara-negara mayoritas muslim tetapi hampir di semua negara termasuk negara-negara Barat. di Inggris demonstrasi pro Palestina mencatat sebagai demonstrasi terbesar dalam sejarah Inggris, begitupun demonstrasi yang dilakukan oleh ratusan ribu orang di Prancis dan Amerika Serikat, demonstrasi yang dilakukan oleh ratusan ribu masa diberbagai negara bukan hanya mengecam tindakan kejehatan Israel akan tetapi diwujudkan dalam bentuk pengiriman bantuan serta seruan boikot terhadap produk-produk yang mendukung Israel.

                Tidak hanya melalui demonstrasi dukungan terhadap Palestina juga disuarakan melalui berbagai platform media sosial, jutaan retweet dan hastag menyuarakan palestina yang didukung oleh pesohor-pesohor dunia hiburan menambah betapa riuhnya gerakan masyarakat sipil untuk mendukung Palestina, masifnya posting-postingan yang membela palestina ini bahkan tidak jarang menjadi sasaran suspensi dari pihak pemilik media maisntream karena diangap sebagai konten yang rasis dan berbahaya, begitupun dengan sikap beberapa negara barat yang sudah mendeklarasikan bahwa kelompok pejuang hamas sebagai kelompok teroris, namun berbeda dengan masyarakat di berbagai negara mereka justru mengandrungi para pejuang Hamas seolah menjadi idola baru bagi mereka, sulit kemudian untuk membayangkan ketika Hamas di deklarasikan di beberapa negara barat sebagai kelompok teroris namun realitas di masyarakat bahkan mengaggap mereka sebagai pahlawan dan bahkan menjadi idola baru.

                  Masifnya gerakan masyarakat internasional mendukung palestina baik melalui demonstrasi dan media sosial membuat para pemimpin yang sebelumnya secara terang terangan mendukung Israel telah banyak berubah. Hal ini yang terjadi dengan presiden Prancis Emanuel Macron, Macron sebelumnya mendukung Israel untuk melakukan serangan terhadap Palestina belakangan melunak dengan meminta Israel untuk menghentikan serangannya terhadap penduduk Palestina, hal yang sama dengan Presiden Biden yang sebelumnya juga mendukung serangan Isarel belakangan Biden mendorong kedua belah pihak yang sedang berkonflik untuk melakukan gencatan senjata. Sikap yang berbeda juga diambil oleh Spanyol yang secara terang-terangan mengecam Israel dan bahkan mendukung kemerdekaan Palestina, hal ini terjadi karena sebelumnya di Spanyol juga terjadi demonstrasi besar-besaran bahkan terjadi mogok masal yang dilakukan oleh seluruh pelajar di Spanyol. Perubahan sikap dari beberapa pemimpin dunia ini tidak bisa dipisahkan dari tingginya simpati dan terpanggilnya rasa kemanusiaan masyarakat sipil di beberapa negara tersebut.

                          Dalam konsteks gerakan masyarakat sipil transnasional, banyak mungkin dari kita sulit untuk membayangkan Israel yang didukung oleh berbagai platform media mainstream dalam rangka pembentukan opini untuk membenarkan tindaknnya atas Palestina dan bahkan di negara yang selama ini selalu mendukung Israel, ratusan ribu masyarakat sipil dari berbagai kalangan seperti peoshor, akedimisi, aktivis, organisasi kemasyarakatan dan kalangan lainnya melakukan demo besar-besaran menentang kebijakan negaranya untuk mendukung Israel. Terpanggilnya rasa kemanusiaan dan masifnya dukungan melalui berbagai platform media sosial membuat masyarakat sipil yang diikatkan pada tujuan untuk mengecam tindakan kejahatan kemanusiaan Israel atas Palesina mudah untuk melakukan koordinasi dan mengkonsolidasikan diri menjadi gerakan yang besar.

                   Dukungan masif atas dasar rasa kemanusiaan terhadap Palestina oleh masyarakat sipil global membuka harapan terhadap masa depan kemerdekaan Palestina sekaligus menjadi kritik terhadap pandangan sempit yang menganggap bahwa konflik ini merupakan konflik hanya sebatas konflik agama walaupun kita tidak bisa mengelak bahwa ada faktor agama pula di dalamnya, namun yang paling penting bahwa spektrum perjuangan kemerdekaan Palestina hanya dipersempit melalui konfrontasi militer saja, sejarah perang Arab-Israel telah mencatat bahwa konfrontasi militer bukan solusi atas perjuangan kemerdekaan palestina, justru dukungan dari masyarakat sipil global yang begitu massif hari ini membuka kans baru akan masa depan kemerdekaan Palestina yang konsolidasikan dalam gerakan kemanusiaan menjadi faktor penting untuk Palestina kedepannya.wallahua’lambisshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun