Mohon tunggu...
Hafiz Jamalluddin
Hafiz Jamalluddin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar yang haus pengetahuan dan pengalaman

Ketika Tuhan membolak-balik sebuah hati yang tercantum dalam kelogisan duniawi. IG : hafiz_islami19

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan untuk Kita

16 Maret 2023   14:19 Diperbarui: 16 Maret 2023   14:22 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pesan untuk Kita

Berawal dari asing yang sepi hingga akrab yang ramai. Yang awalnya hanya tegur sapa kini mendekat karena rasa. Yang dulunya malu bertanya, kini dihiasi oleh canda. Kau tahu hal ini tak dapat bertahan lama, apalagi sebuah pilihan yang masing masing diinginkan. Mengertikah kita dengan keadaan? Kita mementingkan sesuatu hal hingga lupa dengan sekitar kita. Yang membantumu ketika jatuh, yang membuatmu tetap kuat meskipun terkena musibah. Kita tak pernah menyadari hal hal itu. Kau tahu keakraban ini akan timbul rasa berujung suka dan kembali pada asing. Siklus perputaran itu tidak pernah berakhir jika kita tidak mengakhirinya. Kita dating dalam keadaan yang tidak menahu satu sama lain. Lalu timbul sesuatu yang akhirnya membuat kita nyaman. Tolong pahami kita. Kita ini sebenarnya apa?

Ini adalah ungkapan sejujurnya dari seseorang yang pernah berkutat di kehidupanmu meskipun hanya sebentar. Namun efek yang ditimbulkan, dampaknya bukan satu pihak saja melainkan kedua belah pihak. Kesalahanku ketika aku sudah tahu tentangmu namun aku masih berbicara denganmu. Kau tahu setiap perbuatan ada konsekuensi yang akan muncul. Bukan untukmu saja tapi untukku juga. Kita sudah salah sejak awal. Kesalahpahaman yang terjadi membuat hidupku tidak tenang, setiap apa yang aku lakukan dan aku sukai terasa salah dimata orang lain. Jika aku sudah muak, sudah aku sudah selesai dengan hal ini semua. Bukan muak denganmu namun muak karena kesalahpahaman yang terjadi tidak secepatnya di luruskan.

Bosan, muak dan pergi. Perasaan yang di ciptakan membuat sebagian jiwa ini ingin menjadi gila. Memberontak ingin memakan hati suci mu. Seakan aku harus jadi yang terbaik. Tulisan ini mungkin takkan ada, karena aku sudah muak maka aku tulis saja. Kau tak perlu tahu apa keinginanku ataupun impianku. Aku tak perlu memberitahumu, apakah suka atau tidak, apakah aku peka atau tidak. Mungkin kau sempat berdoa untuk dikasih yang terbaik oleh Tuhan. Itu lebih baik daripada kau mengejar sekarang. Karena apa ? Sekarang bukan waktunya membahas hal itu, kita sekarang focus masa depan kita, orangtua kita yang sudah berjuang menyekolahkan kita hingga kitab isa menjadi seperti ini. Aku berharap semua ini berakhir dengan kebaikan bukan keburukan. Kita tak pernah ingin kejadian yang sudah terulang akan terulang kembali.

Kau pasti juga bosan dengan semua ini. Maka dari itu, kau tinggalkan saja hal ini. Jika kau bertanya tentang saat ini aku tak dapat menjawab hal itu semua. Aku sudah bosan dan akan ku perbaiki hal itu di kemudian hari. Aku ingin semua baik baik saja, tidak ada yang tersakiti. Kita ingin baik namun masa muda kita terlalu ramai untuk diceritakan. Momen memorable banyak terjadi di saat kita menginjak masa muda. Sekarang? Usia kita sudah menginjak kepala 2 dan kita gitu gitu saja?

Aku tahu kamu orangnya bagaimana meskipun aku orangnya diam. Aku tak perlu memberitahumu tentang diriku bagaimana. Kau akan tahu dan akan pasti tahu. Sekarang waktunya kita berbenah melupakan sejenak hal ini. Kita tak perlu berpikir yang terlalu jauh, kita pikirkan nasib kita ini, kita tentukan pilihan kita. Dan jangan sampai orang lain mengatur jalan hidupmu. Aku merasa bersalah ketika memberimu saran dan aku takut kejadian ini terulang. Dan ternyata sudah terulang meskipun belum separah yang dahulu.

Mungkin ini bukan pesan lagi tapi lebih curhat yang dapat melepaskan beban di pikiranku. Maaf jika aku menyakiti bahkan menganggu kehidupanmu. Jika kau masih mengejar silahkan, jika kau sadar aku berterima kasih dan beri self reward untuk dirimu sendiri. Bukan mengusirmu tapi untuk menyelamatkanmu. Tak usah kau balas berlebihan, aku sudah mengerti apa yang terjadi. Jika kau butuh apa apa, tanya aku tidak apa apa. Namun aku berpaling jika kau membahasa perasaan. Maaf aku Muak dengan hal itu " Saat ini"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun