Mohon tunggu...
Hafiziah Nazira Putri
Hafiziah Nazira Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Masih dalam proses belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Globalisasi Serta Kurangnya Kesadaran Masyarakat terhadap Krisis Air Bersih Menjadi Hambatan Tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

8 November 2020   22:27 Diperbarui: 8 November 2020   22:49 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air adalah salah satu elemen utama di Bumi yang menjadi bagian tidak terpisahkan bagi seluruh makhluk hidup. Tubuh manusia hampir 90% disusun oleh air, sehingga kebutuhan air sangat mutlak bagi manusia. Air yang digunakan untuk memenuhi hal tersebut tentunya haruslah air yang bersih. Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap mahluk hidup dan kebersihan air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwijosaputro, 1981). Salah satu bentuk perilaku hidup bersih dan sehat pun adalah menggunakan air bersih, karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan sehai-hari. Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Kita tahu, bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Negara maritim adalah negara yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan perairan. Indonesia pun merupakan negara tropis yang terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Sehingga untuk sepanjang tahun kebutuhan air bersih di Indonesia bisa tercukupi. Namun, tidak semua sumber air dapat di manfaatkan secara langsung, karena sebagian besar sumber air di Indonesia adalah air laut yang memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Sementara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari adalah air tawar, dan sebagian besar air tawar adalah berupa es dan sebagian kecilnya adalah air tanah. Maka dari itu masih banyak masyarakat di Indonesia yang sulit untuk mendapatkan air bersih, sehingga memaksa mereka untuk menggunakan air kotor. Kecilnya jumlah air tanah merupakan salah satu dampak negatif dari globalisasi dan perubahan iklim.

Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya dan kegiatan penduduknya baik dalam bentuk industri, pemukiman dan kegiatan pembangunan lainnya, telah menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas air tanah. Hal ini terjadi karena dalam memenuhi kebutuhan air, sebagian penduduk memanfaatkan air tanah. Pengambilan air tanah khususnya di cekungan air tanah yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan air tanah, Misalnya, terjadinya penurunan muka air tanah, pengurangan cadangan air tanah dan penyusupan air laut terhadap air tanah.

Sebenarnya, dalam penggunaan air bersih masyarakat dapat menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, karena air sungai pun merupakan air tawar. Namun yang sangat disayangkan adalah kualitas dari air sungai tersebut yang buruk karena ulah dari masyarakat itu sendiri. Banyak hingga saat ini masyarakat yang masih minim kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk ketersediaan air bersih. Seperti yang telah kita ketahui, banyak sekali sungai yang airnya sangat tidak layak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Banyak sungai-sungai yang tercemar oleh limbah yang dibuang oleh manusia itu sendiri. Padahal banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan air sungai sebagai air utama penunjang kehidupan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, bahkan minum. Akibatnya, air sungai menjadi tercemar dan menyebabkan gangguan pada kesehatan, seperti diare, kolera, dan cacingan.

Hal lain yang menjadi penyebab pasokan air berkurang adalah aktivitas penebangan pohon secara sembarang tanpa diikuti reboisasi atau penanaman kembali. Melakukan penebangan secara sembarang akan mengganggu ketersediaan air tanah, karena pepohonan membantu proses terjadinya hujan. Kemudian, penggunaan air tanah secara berlebih dapat menyebabkan intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi karena air tanah banyak disedot untuk kebutuhan sehari-hari dan industri, maka air tanah terisi air laut. Kemudian terjadilah salinitas. Salinitas merupakan merupakan indikasi jumlah garam yang terkandung baik didalam tanah maupun air (Hutabarat : 2006, Blaylock : 1994). Tanah dan air dengan salinitas tinggi, tidak baik dikonsumsi oleh manusia.

Menjamin ketersediaan air bersih sebenarnya sudah menjadi salah satu indikator tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) ke-6, yaitu memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua. Namun menurut saya, sampai saat ini beberapa target yang ingin dicapai belumlah terlaksana dengan baik sepenuhnya. Beberapa target dari ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan yang menurut saya belum sepenuhnya terlaksana hingga saat ini adalah, Pertama, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman dan terjangkau untuk semua. Nyatanya hingga saat ini, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang sulit mendapatkan akses air bersih untuk diminum. Di Kabupaten Sikka, NTT, adalah salah satu dari sekian banyaknya daerah yang mengalami krisis air sampai warga terpaksa membeli air tangki seharga 150.000 rupiah per tangkinya. Sangat miris sekali. Kedua, memperbaiki kualitas air dengan mengurangi polusi, menghapuskan pembuangan limbah dan meminimalisir pembuangan bahan kimia dan materi berbahaya, mengurangi separuh dari proporsi air limbah yang tidak diolah dan secara substansial meningkatkan daur ulang dan penggunaan ulang yang aman secara global. Lagi-lagi kenyataannya masih berbalik. Masih banyak pabrik yang membuang limbah sembarangan ke sumber-sumber air bersih. Belum lama ini, di Temanggung, pabrik tekstil membuang limbahnya ke sungai melebihi baku mutu yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.

Memang, tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini memastikan akan tercapainya target-target pada tahun 2030. Namun, sampai saat ini di tahun 2020 masih banyak kasus-kasus yang berbanding terbalik dengan target dari tujuan Pembangunan Berkelanjutan tersebut. Memang masih ada waktu hingga sepuluh tahun kedepan, tetapi melaksanakan program kerja yang bersifat universal ini bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama untuk mewujudkan target-target dari tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini dengan menjaga ketersediaan air bersih. Kita harus menanamkan pentingnya air bersih itu bagi kehidupan. Mengingat air bersih merupakan salah satu bagian terpenting dalam keberlangsungan hidup manusia, sudah sepantasnya pengelolaan air bersih dilakukan.

Referensi :

De Suriyani, Luh. 2019. Riset Menyimpulkan Intrusi Air Laut Meluas di Pesisir Bali, Dimana Saja?. (https://www.mongabay.co.id/2019/02/27/riset-menyimpulkan-intrusi-air-laut-meluas-di-pesisir-bali-dimana-saja/20Bali.) Diakses pada 27 Oktober 2020 

Direktorat Promkes Kemenkes. 2020. Manfaat Air Bersih dan Menjaga Kualitasnya. (https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-air-bersih-dan-menjaga-kualitasnya). Diakses pada 27 Oktober 2020 

Febriani, Anisa. 2020. "Krisis Air Bersih di Negeri Sumber Air"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun