Mohon tunggu...
Hafizhotus Solihah
Hafizhotus Solihah Mohon Tunggu... Lainnya - 23107030023 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wedang Ronde Mania: Kisah Hampir Setengah Abad Bu Hartini di Alkid

11 Juni 2024   22:16 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:dokumentasi pribadi

Yogyakarta -Dilansir dari laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, ronde merupakan makanan berbentuk bulat putihyang terbuat dari tepung ketan. Jenis Ronde yang dibuat oleh pedagang khususnya di Kota Yogyakarta, berisi pasta kacang yang dicampur dengan gula aren. Ronde sebenarnya menghasilkan rasa tawar, namun karena adanya campuran dari pasta kacang yang memiliki cita rasa manis dari gula aren dan diletakkan di tengah-tengah adonan Ronde akan menjadikan Ronde memiliki rasa yang cenderung manis saat di kunyah dimulut. Selain ronde, juga terdapat macam-macam isian yang ada di dalam wedang ronde terutama hangatnya kuah jahe yang juga harum mewangi.

Meskipun asal kuliner Ronde ini dari Tiongkok, namun masyarakat Kota Yogyakarta khususnya telah mengkonsumsi Wedang Ronde sejak lama. Penikmat Wedang Ronde masih setia hingga saat ini, sehingga penjual Wedang Ronde di Kota Yogyakarta pun masih banyak ditemukan baik yang berkeliling denga mendorong gerobak maupun yang memiliki lapak. Bagi wisatawan yang mengunjungi Kota Yogyakarta dan ingin merasakan kehnagatan dan kenikmatan dari Wedang Ronde, bisa menemukan banyak penjualnya di Alun-alun Kidul Kota Yogyakarta.

Alun-alun Kidul Kota yogyakarta adalah bagian belakang dari Kraton Yogyakarta yang berupa tempat lapang berumput dengan ciri khas dua pohon beringin di tengah-tengah nya. Sejarah Alun-alun Kidul Yogyakarta dilansir dari Blog Pasar Gede YIA. Dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755-1792, Alun-alun Kidul atau disebut pula Alun-alun Pangkeran dahulu berfungsi sebagai tempat diadakannya beragam aktivitas Keraton Yogyakarta. S

alah satunya tempat latihan para Prajurit  Keraton jelang diadakannya tradisi Garebeg. Dahulu, kawasan ini sangat sepi dan angker. Terlebih dengan adanya keberadaan dua pohon beringin kembarnya yang berada di tengah. Kendati kini sudah lebih ramai, bersih dan tertata lebih apik, sejumlah aset utama alun-alun masih dipertahankan seperti dua pohon beringin, pohon kweni, pohon pakel, hingga pohon gayam.

Namun, sangat jauh ketika dibandingkan Alun-alun Kidul di zaman dulu dengan yang sekarang. Kini, Alun-alun Kidul sudah menjelma menjadi destinasi wisata kuliner UMKM ikonik langganan wisatawan maupun warga masyarakat Kota Yogyakarta. Beralamat lengkap di Jalan Alun-alun Kidul, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta yang juga terintegrasi dengan deretan destinasi wisata lain disekitarnya, seperti Taman Sari, Pasar Ngasem, Komplek Gudeg Wijilan, hingga Alun-alun Utara.

Untuk biaya parkir hanya dipatok dengan harga Rp. 3000 untuk motor dan Rp. 5000 untuk mobil. Selain lapangan rumput, Alun-alun Kidul menjadi surga jajan bagipenikmat kuliner. Dari mulai jajanan tradisional hingga modern bisa ditemukan berderet di sekeliling Alun-alun. Pedagang jajanan mulai berjualan aktif dengan rame pengunjung sekitar pukul 4 sore hingga larut malam. Selain deretan jajanan yang menarik pengunjung, ada juga beberapa fasilitas yang dapa dinikmati para pengunjung, diantaranya penyewaan becak hias, masangin (penyewaan tutup mata), penyewaan odong-odong, dan sepeda tandam.

sumber gambar:dokumentasi pribadi
sumber gambar:dokumentasi pribadi

Beberapa jajanan tradisional yang legend dan menjadi incaran pengunjung di Aluun-alun Kidul Yogyakarta adalah Wedang Ronde. Banyak penjual Wedang Ronde yang berjualan berderet di sekitar kawasan alun-alun. Salah satu yang digemari oleh banyak orang yaitu Ronde Mania Bu Hartini. "Kulo sampun sadean dangu kawit tahun 83", ujar bu hartini dalam bahasa jawa halusnya. Beliau sudah lama berjualan wedang ronde sajak tahun 1983. "Kawit 83 teng mriki, teng Alun-alun", dari awal pertama kali berjualan, beliau membuka lapak di Alun-alun. 

Menawarkan berbagai macam variasi wedang ronde, dari mulai ronde original yang hanya berisikan kuah jahe dan isi-isian khas wedang ronde, ronde susu yaitu wedang ronde original yang dicampurkan dengan susu kental manis, ronde tape yaitu dengan tambahan tape di dalam nya, dan yan terakhir ada varian susu jahe, bukan wedang ronde tapi hanya wedang jahe yang dicampuri susu tampa ronde. 

Bu Hartini sendiri bertempat tinggal tidak jauh dari Alun-alun Kidul yogyakarta, yaitu di daerah Suryaputra tak jauh berada di belakang Alun-alun Kidul. "Kulo yuswa ne sampun 62", yuswa dalam bahasa Indonesia yaitu umur, Ibu Hartini sudah berusia 62 tahun. Beliau telah berjualan wedang ronde selama 41 tahun, dari muali usia 21 tahun hingga kini berusi lanjut 62 tahun. Hampir menyentuh di angka setengah abad beliau menjajakan minuman tradisional yang berkhasiat untuk menghangatkan tubuh.

sumber gambar:dokumentasi pribadi
sumber gambar:dokumentasi pribadi

Untuk jam operasional wedang ronde mania milik Bu Hartini dari mulai pukul 15.30 atau jam setengah 4 sore setelah selesai sholat asar  hingga jam 01.00 malam seperti pedagan kebanyakan "kula mulai bika jam setengah 4,bibar sholat asar dugi jam 1 malem", ujar beliau. "Alhamdulillah rame, laris insyaalloh habis", ucap syukur beliau karena larisnya dagangan wedang ronde yang beliau jual dengan banyak nya pembeli di setiap hari hingga habis terjual semua yang ibu bawa di gerobak kecilnya. "Seporsinya 10 ribu kak, badhe ngagem susu nopo original regi ne sami mawon", untuk harga yang di patok sama antara satu varian dengan varian yang lain yaitu Rp. 10.000. Disajikan dengan menggunakan mangkuk keramik seukuran tangkupan tangan orang dewasa hingga penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun