Matematika menjadi mata pelajaran yang seringkali dianggap menjadi pelajaran yang sulit. Padahal matematika memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik. Karena matematika berkontribusi secara langsung dan mendasar terhadap bisnis, keuangan, kesehatan dan pertahanan (Siregar, 2017). salah satu alasan mengapa matematika paling dihindari siswa adalah kesalahan pengenalan oleh guru terhadap siswa.
Hal ini selaras dengan yang dikatakan oleh Prof Hardi Suyitno pada kelas kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika. Beliau menyebutkan bahwa kunci sukses pada pendidikan matematika selain guru yang menguasai materi matematika, juga harus menguasai aspek pendidikan (Education), Filsafat (Philosophy), dan juga sosial (Society).
Dalam aspek pendidikan (Education) guru harus memahami proses perkembangan peserta didiknya. Sehingga nantinya proses pembelajaran akan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang peserta didik miliki. Hal itu akan mengefisienkan proses pembelajaran.
Salah satu teori yang membahas tentang perkembangan peserta didik adalah teori yang disampaikan oleh Jean Piaget, seorang Psikolog perkembangan asal Swiss. Dia membagi proses perkembangan peserta didik menjadi 4 tahapan, yaitu Tahap Sensorimotor (18-24 Bulan), Tahap Praoprasional(2-7 Tahun), Tahap Operasional Kongkret(7-11 Tahun), dan Tahap Operasional Formal (12 Tahun keatas).
Tahapan operasional kongkret dialami oleh siswa yang sedang bersekolah di tingkat SD. Pada tahap tersebut  anak belum bisa menangkap informasi yang bersifat abstrak secara sempurna(Piaget dalam Annisah, 2014). Oleh karenanya diperlukan suatu benda yang bersifat kongkrit agar dapat memudahkan pemahaman peserta didik pada pembelajaran.
Pada pembelajaran matematika yang bersifat abstrak kepada anak SD perlu untuk dijembatani agar dapat diwujudkan dalam bentuk kongkret. Terutama pada materi Geometri yang semua objeknya merupan objek abstrak. Pembelajaran geometri masih susah untuk dipahami peseta didik di usia SD karena banyaknya materi yang harus dikuasai (Fauzi & Arisetyawan, 2020).
Dalam geometri dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan objeknya, ada geometri bidang, geometri ruang, dan graph. Pada geometri ruang membahas objek-objek yang memiliki ruang seperti Prisma, Limas, Bola, Tabung, Kerucut, dsb.
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua sisi berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta sisi-sisi lainnya berbentuk persegi panjang.Â
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa jenis prisma menjadi tak terhingga jumlahnya, sebab alas yang digunakan bisa dari segi-3 sampai segi yang tak hingga. Dalam pembelajaran materi prisma, siswa diharapkan dapat mencari volume dan luas permukaan dari bangun tersebut.
Maka, sebagai upaya dalam memperlancar hal tersebut. Dalam pembelajaran geometri dapat digunakan alat peraga. Menurut Sudjana (2010) alat peraga adalah Alat bantu pendidikan yang dapat diserap oleh mata dan telinga, yang dirancang untuk membantu guru agar proses pengajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Alat peraga juga dapat membantu menghubungkan hal yang berbentuk abstrak menjadi bentuk kongkret.