Merokok merupakan pemandangan yang tidak asing dibeberapa negara, termasuk di indonesia. Merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan, namun dilain pihakdapat memberikan dampak buruk bagi orang sekitarnya. Berbagai zat yang terkandung dalam rokok, juga dapat memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan.
Di korea, harga rokok lebih murah dibanding 30 negara yang tergabung dalam organisasi kerjasama dan pembangunan ekonomi (OECD). Meskipun sejak lama sudah ada pembicaraan tentang kenaikan harga rokok, tetap saja harga rokok tidak ada perubahan. Kementrian korea telah melakukan upaya untuk memastikan bahwa kenaikan harga rokok akan didorong.
Kementrian kesehatan dan kesejahteraan korea pun merilis iklan larangan merokok dengan harapan perokok untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.Â
Pada hari tanpa merokok sedunia, kementrian secara aktif merekomendasikan organisasi kesehatan dunia untuk menaikan harga rokok guna menurunkan tingkat merokok yang tinggi pada negara tersebut.
Di korea sendiri, kita dapat membayar 2.500 won atau sekitar 28.377,45 Rupiah untuk sebungkus rokok 20 batang. Dan ternyata, harga tersebut adalah enam kali lebih murah daripada norwegia.
Pakar medis korea menyebutkan, hubungan antara tembakau dan berhentitidak dapat diabaikan, faktanya 10 tahun lalu ketika harga rokok naik sekitar 50sen, tingkat merokok di korea menurun 58% dikalangan pria.
Adapun kegagalan dari kebijakan tersebut. Di mana pemerintah korea beberapa kesempatan mendorong kenaikan harga, ada kekhawatiran di masyarakat yang berpenghasilan rendah akanterkena dampak paling parah. Karena kenaikan harga rokok berarti kenaikan pajak di negara gingseng tersebut.Â
Pajak yang dibayarkan untuk sebungkus rokok adalah sama untuk orang yang berpenghasilan titnggiatau rendah. Sedangkan, pajaktersebut juga tidak secara langsung diterima oleh pemerintah melainkan oleh perusahaan tembakau.
Meskipun ada persepsi kesejahteraan menempatkan beban pajak yang lebih tinggi kepada rakyat, harga rokok tetap dinaikan demi kesehatan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H