Mohon tunggu...
Hafizh Ardi imawan
Hafizh Ardi imawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Manusia biasa yang mencoba memahami semesta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

G30S dalam Sudut Sosiologi Komunikasi Teori Konflik

10 Juli 2024   01:48 Diperbarui: 10 Juli 2024   01:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan serikat buruh, ISDV gencar menyuarakan perlawanan terhadap kapitalisme kolonial. Berhaluan marxisme, ISDV menjadi salah satu organisasi pergerakan yang tidak membawa kepentingan rasial dan kelompok seperti kebanyakan organisasi pergerakan pada zaman itu. Setelah banyak hal terjadi dan bergolak dalam perjalanannya melalui proses yang panjang ISDV berubah nama  dan bermetafora menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) yang menjadi momok seram sekaligus mimpi buruk bagi bangsa Indonesia lewat serangkaian teror yang yang dilancarkannya diantaranya salah satu sejarah paling kelam bagi bangsa ini yaitu G30S/PKI.

7 Perwira kebanggaan bangsa harus gugur di lubang buaya karena kebiadaban PKI yang melakukan penculikan serta pembantaian dengan maksud agar tuntutan mereka terhadap presiden Soekarno dipenuhi. salah satunya adalah pembentukan angkatan kelima yang berisikan buruh dan tani yang dipersenjatai.

Namun, disini kita tidak akan membahas panjang lebar soal sejarah PKI maupun gerakan pemberontakannya yang banyak menumpahkan darah. Tetapi, kita akan membahas bagaimana ini dipandang dari sisi sosiologi komunikasi. Yang mana, kita akan menggunakan teori yang dicetus Karl Marx yaitu teori Konflik .

Secara sederhana teori konflik memandang bahwasanya masyarakat berada di dalam perseteruan terus menerus dalam memperebutkan sumber daya yang terbatas untuk mendominasi dan bertahan hidup. Sumber daya ini dibutuhkan semua orang. Namun, tidak bisa dimiliki semua orang. Keterbatasan inilah yang menjadi akar dari  perseteruan masyarakat menurut teori konflik.

Sebagaimana hal yang telah menjadi rahasia umum. Presiden Soekarno menjadikan PKI sebagai penyeimbang kekuasaannya agar tidak jomplang dengan dominasi militer yang memiliki persenjataan dan kekuasaan militer. Sementara, PKI memiliki keunggulan Dari segi massa dan dukungan masyarakat. Kedua unsur ini saling bergesekan memperebutkan pengaruh ditengah kesehatan bung karno yang semakin memburuk. Namun, PKI mendapatkan kepercayaan lebih dari bung Karno karena dukungan penuhnya dalam operasi ganyang malaysia yang diusung Soekarno. Kedekatan itu dimanfaatkan PKI untuk menghasut bung Karno agar membuat angkatan kelima yang berisikan petani dan buruh yang dipersenjatai. Usulan ini tentu di tentang keras oleh pihak militer karena dapat menyebabkan dualisme dalam tubuh militer.

Puncak dari ketegangan antara PKI dan militer ada pada saat biro khusus PKI yang bertugas untuk mengumpulkan informasi mengenai militer dan melakukan infiltrasi di tubuh militetr yang diketuai oleh Sjam Kamaruzaman mengabarkan bahwasanya militer membentuk Dewan Jenderal  yang memiliki misi mengkudeta Presiden Soekarno (yang belum bisa dipastikan kebenarannya hingga sekarang). Sebagai respon dari isu tersebut PKI mencoba untuk menawan perwira yang mereka duga sebagai dewan jenderal agar menghetikan rencana kudeta tersebut yang namun kita semua ketahui respon tersebut menjadi salah satu tragedi kelam bangsa ini yang kita kenal dengan Gerakan 30 September.

Dalam Teori Konflik kita dapat menginterpretasikan kekuasaan sebagai sumber daya yang diperebutkan. Sementara, PKI dan Pihak militer sebagai 2 kubu yang memperebutkannya. Isu dan saling serang yang dilakukan merupakan cara dari kedua belah pihak untuk memenangkan perseteruan yang terus memanas agar tercapainya sumber daya terbatas yang dapat menopang kedua belah pihak dalam bertahan di negara yaitu pengaruh kekuasaan.

Terlepas dari segala teori, argumen dan konspirasi yang ada. G30S merupakan suatu noda hitam bagi bangsa kita yang mana ini menjadi pelajaran di mana perlunya ditanamkan nilai Pancasila dan rasa nasionalisme demi terciptanya kehidupan berbangsa yang damai dan beradab.

Artikel ini dibuat guna memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi, Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMJ yang diampu oleh Drs. Dony Kurniawan, M.I.KOM.

REFRENSI :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun