Mohon tunggu...
Muhammad Hafizh Anandita
Muhammad Hafizh Anandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Dua Tahun Pidato Zeitenwende, Harapan yang Rumit

11 Juli 2024   19:57 Diperbarui: 11 Juli 2024   20:09 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.deutschlandfunk.de/zeitenwende-deutsche-aussenpolitik-100.html

Konflik antara Rusia dan Ukraina menjadikan seluruh negara di kawasan Eropa harus memikirkan bagaimana kondisi di negaranya masing-masing, karena konflik ini akan memakan waktu yang cukup lama. Olaf Scholz selaku kanselir Jerman memberikan pernyataan kontroversial yaitu "Zeitenwende Speech" yaitu sebagai komitmen negara Eropa terutama NATO dalam membantu Ukraina dengan jumlah dana yang lebih besar. 

Tidak hanya sekedar membantu pendanaan saja tapi juga bagaimana pertahanan dari Jerman itu sendiri dalam membantu Ukraina. Ini menjadi langkah yang sangat masif diambil oleh negara terkait, terkhususnya Jerman dan AS selaku negara pendonor terbesar. Pada dasarnya, Pidato Zeitenwende dianggap sebagai bentuk dukungan ekstra terhadap Ukraina. Tetapi, menjadi sebuah situasi atau babak baru dalam konflik Rusia dan Ukraina dalam beberapa pembahasan yang berkaitan. Salah satunya di Jerman sendiri. Perlu dipertanyakan kembali, apakah Zeitenwende Speech sebagai bentuk upaya Jerman dalam memainkan peran nya di kawasan Eropa ?.

Melihat kembali apa yang disampaikan Scholz pada pidato tersebut, ada beberapa hal yang diharapkannya agar Jerman bisa lebih berperan. Scholz menginginkan Bundeswehr kembali pulih dan bisa mengambil peran nya dalam melindungi wilayah Jerman hingga kawasan NATO. Tetapi itu hanyalah sebatas apa yang disampaikan oleh Scholz mengenai bagaimana keinginannya untuk Bundeswehr, memungkinkan hal tersebut memiliki makna yang lebih jauh dan luas mengenai kepentingan dan keinginannya untuk Bundeswehr kedepannya.

Jika dikaji kembali, arti dari "Zeitenwende" yang disampaikan oleh Olaf Scholz pada tanggal 27 Februari sebagai bentuk titik balik atau babak baru pertahanan negara Jerman tersendiri dalam Uni Eropa. Dalam penjelasan Scholz, dirinya tidak hanya menyampaikan perihal titik balik saja, tetapi juga bagaimana dukungan pertahanan ekstra terhadap Ukraina sekaligus peran negara Jerman di Eropa yang diharapkan lebih kuat.

Dalam mengupayakan titik balik atau babak baru dalam pertahanan Jerman itu sendiri, diperlukannya beberapa aspek dalam mendukung upaya Zeitenwende tersebut. Pertama yaitu anggaran pertahanan yang harus tercukupi, kedepannya anggaran tersebut tidak hanya digunakan sebagai jangka pendek saja akan tetapi diperlukannya anggaran yang juga bisa memproyeksikan bagaimana militer Jerman itu kedepannya. Kedua bagaimana militer Jerman itu sendiri menghasilkan pasukan tentara yang banyak dan juga terspesialisasi dalam berbagai bidang di pertahanan itu sendiri. Upaya tersebut terlihat memang seperti menjadikan Jerman sebagai negara dengan kekuatan militer itu sendiri sesuai dengan apa yang diproyeksikan di pidato Zeitenwende. Apakah upaya tersebut bisa seiring dengan kondisi yang ada di Bundeswehr saat ini ?.

APA YANG TERJADI DI BUNDESWEHR ITU SENDIRI ?
Pidato tersebut memunculkan kontroversial dan fakta dari keadaan Bundeswehr, diantaranya birokrasi yang rumit didalam internal Bundeswehr. Disisi lain, stok amunisi militer Jerman akan habis dalam waktu singkat kedepannya. Ditambah juga usia dari persenjataan yang tersedia telah usang dan tidak diperbaharui. Keadaan tersebut menjadikan Jerman merancang "dana khusus" (Sondervermgen) sebesar 100 miliar Euro sebagai bentuk pendanaan tambahan yang sangat dibutuhkan oleh Bundeswehr kedepannya, anggaran tersebut memanglah menyelesaikan beberapa permasalahan seperti ketersediaan amunisi senjata tetapi perlu diingat kembali bahwa dana khusus tersebut akan habis pada tahun 2027.

Isu bermunculan bahwa anggaran 100 miliar euro tersebut disisihkan 8 miliar euro untuk melengkapi persenjataan Ukraina, banyak pihak yang mengkritik terhadap alokasi pendanaan tersebut. Salah satunya dari Partai Demokrat Kristen (CDU), Roderich Kiesewetter sebagai anggota partai memandang hal tersebut sangat bertentangan dengan apa yang ada di konstitusi negara dan bukan pula untuk membangun Bundeswehr itu sendiri.

Ini menjadi tantangan kedepannya untuk Jerman dalam mencapai perannya yang mendukung ekstra terhadap Ukraina sekaligus di Eropa, sedangkan fasilitas dan kelengkapan pertahanan tidak memadai. Dibalik kondisi tersebut, permasalahan yang dihadapi oleh Bundeswehr tidak mengurungkan niatnya dalam membantu Ukraina secara totalitas menjadi negara pendonor terbesar kedua setelah US. Apa yang dilakukan oleh Olaf Scholz dalam upaya meningkatkan kapasitas Bundeswehr diiringi dengan bantuan untuk Ukraina justru mendapatkan kritik dari banyak pihak, sesuai apa yang disampaikan Kiesewetter bahwa alokasi dana tersebut tidak sesuai kegunaannya dengan apa yang telah ditetapkan di konstitusi negara.

Dalam menyikapi dinamika tersebut, beberapa kalangan mulai memberikan pandangannya terhadap apa yang dihadapi oleh Jerman itu sendiri. Masyarakat Jerman mendukung adanya peningkatan anggaran militer dalam bentuk "Sondervermgen" dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh Bundeswehr, tidak dengan menjadi peran utama keamanan militer di kawasan Eropa. Beberapa pakar dan pengamat juga menghubungkan dengan Inggris dan Prancis sebagai negara di kawasan yang memiliki militer yang unggul.

Christina Kessler sebagai pakar European Foreign and Security Policy mengharapkan Inggris juga tidak salah mengartikan apa yang dimaksud dari Jerman itu sendiri. Kerja sama pertahanan kedua negara ini memiliki beberapa pokok dan visi strategis yaitu hubungan kawasan Transatlantik seperti NATO, Rusia sebagai tantangan keamanan Eropa, Tiongkok dan kawasan Indo-Pasifik dan sebagainya. Dari pokok dan visi strategis tersebut diharapkan kerja sama kedua negara ini ditingkatkan bukan menjadi harapan kedepannya yang palsu.

Prancis cenderung tidak memikirkan apa yang dilakukan Jerman mengenai bantuannya ke Ukraina sekaligus upayanya dalam meningkatkan kapasitas militer. Dilaporkan dari Kiel Institute of Economy, Prancis memberikan bantuan kepada Ukraina kurang dari 1 miliar Euro. Hal ini dibantah oleh Prancis mengenai laporan tersebut dikarenakan negaranya merahasiakan data perbelanjaan industri senjatanya. Namun, Prancis tidak mengambil rumit untuk memikirkan kedepannya karena menurutnya Prancis dengan bangga telah memenuhi semua janji dan dikatakan berhasil terhadap bantuannya tersebut. Lecornu mengumumkan pada tahun ini negaranya akan mengirimkan 74 unit artileri Cesar untuk Ukraina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun