Mohon tunggu...
Hafizha Rizqa Febrina
Hafizha Rizqa Febrina Mohon Tunggu... lainnya -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Solusi atau Makin Menghambat?

21 September 2013   20:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:35 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Fenomena mobil murah dan hemat BBM kini mulai merambah di masyarakat. Pada mulanya, mobil murah yang dicanangkan oleh pemerintah adalah mobil Esemka buatan anak dalam negeri. Hal ini  semata-mata, untuk meningkatkan daya saing dan menunjukkan bahwa produksi buatan negeri juga dapat bersaing dengan merek yang saat ini menguasai pangsa penjualan kendaraan pribadi. Kemudian ditambah lagi dengan kenaikan harga BBM dari Rp4.500,00 menjadi Rp6.500,00 seakan-akan menjadi konsumsi segar bagi perusahaan kendaraan untuk memberikan inovasi terbaru dalam hal transportasiNamun, setelah heboh adanya esemka, kini mobil bertajuk mobil `murah` dan `hemat BBM` diluncurkan oleh dua perusahaan mobil terkemuka di Indonesia yaitu Daihatsu dengan produk `Daihatsu Ayla` dan saingan terbesarnya yaitu Toyota dengan `Agya`nya. Lalu yang menjadi pertanyaan apa benar dua mobil ini sebagai solusi dari kebutuhan masyarakat akan transportasi yang murah dan kemacetan di kota-kota besar?

Beberapa hari lalu saya sempat membaca berita dan melihat tanggapan salah seorang pengamat dalam salah satu situs berita online di twitter. Gubernur DKI Jakarta yaitu Joko Widodo mengaku kecewa dengan adanya mobil murah ini karena dengan adanya mobil murah tingkat kemacetan di kota besar khususnya DKI Jakarta akan bertambah parah.

Kemudian saya sendiri sebagai warga DKI Jakarta yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Yogyakarta juga memiliki opini mengenai mobil murah ini. Kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bogor, Surabaya merupakan kawasan dengan lalu lintas terpadat, banyak orang terutama saya sendiri juga mengeluh jika daerah tersebut semakin padat dan macet apalagi banjir. Sudah tentu orang-orang yang akan melakukan aktivitasnya akan terhambat dengan kemacetan yang semakin merajalela. Bisa dibilang di Jakarta khususnya, besarnya jalanan ibukota tidak sebanding dengan adanya kendaraan umum dan kendaraan pribadi yang ada. belum lagi jika di beberapa kawasan Jakarta ada pedagang kaki lima yang menjual barang dagangannya dengan menggunakan bahu jalan. Wow, Jakarta terlihat makin kumuh dengan fenomena seperti ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun