Baik rockwool maupun sabut kelapa memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihan terbaik tergantung pada kebutuhan dan preferensi Anda. Jika Anda menginginkan media tanam yang steril dan efisien, rockwool bisa menjadi pilihanÂ
Cara membuat rockwool dari sabut kelapa tidak dibuat dari sabut kelapa, melainkan dari batuan basaltik yang dicairkan dan dipintal menjadi serat. Dalam dunia hidroponik, pemilihan media tanam sangat krusial. Dua media tanam yang sering diperbandingkan adalah rockwool dan sabut kelapa.Â
Apa Itu Rockwool?
Rockwool adalah media tanam non-organik yang terbuat dari batuan vulkanik yang diproses menjadi serat-serat halus menyerupai wol. Proses pembuatannya melibatkan pelelehan batuan kemudian dihembuskan udara untuk membentuk serat.
Rockwool dan sabut kelapa adalah dua jenis media tanam hidroponik yang populer. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pilihan yang tepat akan bergantung pada jenis tanaman yang ingin Anda budidayakan, anggaran, dan preferensi pribadi.
Kenapa Sabut Kelapa Cocok Digunakan Untuk Rockwool?
- Rockwool lebih cocok untuk sistem hidroponik modern, sementara sabut kelapa lebih sering digunakan dalam budidaya konvensional atau sistem hidroponik yang lebih sederhana.
- Rockwool bersifat sintetis, sedangkan sabut kelapa alami
- Struktur pori rockwool lebih seragam dan konsisten dibandingkan sabut kelapa.
Kegunaan Rockwool Sabut Kelapa
- Menahan kelembapan dengan baikÂ
- Menyediakan aerasi yang baik sehingga akar tanaman mendapatkan kadar oksigen yang tepatÂ
- Mudah pecah sehingga ukurannya dapat disesuaikan sesuai kebutuhanÂ
- Terbebas dari patogen penyebab penyakit tana
Kesimpulan
Rockwool terbuat dari bebatuan, umumnya kombinasi dari batuan basalt, batu kapur, dan batu bara, yang dipanaskan mencapai suhu 1.600 derajat Celcius sehingga meleleh menjadi seperti lava, dalam keadaan mencair ini, batuan tersebut disentrifugal membentuk serat-serat.
Penghirupannya juga dapat menyebabkan batuk, iritasi hidung dan tenggorokan, serta bersin. Paparan yang tinggi dapat menyebabkan kesulitan bernapas, hidung tersumbat, dan sesak dada . Serat wol vitreous buatan manusia diklasifikasikan oleh IARC sebagai Kelompok 3 (tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan karsinogenisitasnya terhadap manusia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H