Pecahnya perang antara Palestina dan Israel pada 7 Oktober telah menyorot perhatian Internasional. Pasalnya perang tersebut telah banyak memakan korban jiwa serta hancur leburnya bangunan-bangunan di setiap sudut Palestina. Sedikitnya setiap 10 menit sekali ada satu anak yang tewas dan ratusan warga sipil yang luka-luka akibat terkena reruntuhan puing-puing bangunan.
Pasukan Israel melancarkan serangan ke jalur Gaza dengan memborbardir setiap bangunan seperti gedung sekolah, apartemen,bahkan mereka menjadikan beberapa rumah sakit sebagai sasaran. Rumah Sakit Indonesia di Palestina juga terkena efek dari ledakan bom yang diluncurkan pasukan IDF beberapa meter dari komplek rumah sakit Indonesia di Bait Lahia,Gaza Utara. Beberapa sudut bangunan retak dan tidak ada korban jiwa pada insiden tersebut.Â
Pada Rabu 15 November 2023, menurut laporan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Dr.Munir Al-Bursh, pasukan Israel memasuki gedung rumah sakit dan menggeledah beberapa ruangan dan saat hendak keluar mereka menembaki orang-orang di sekitar rumah sakit.
Tercatat hingga Sabtu, 18 November 2023 terhitung sudah 41 hari sejak pasukan Hamas meluncurkan serangan ke Israel. Serangan ini sedikitnya telah menewaskan 250 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Juru bicara Hamas Khaled Qadami mengungkapkan alasan Hamas melakukan penyerangan adalah sebagai bentuk respons atas kekejaman yang dirasakan rakyat Palestina beberapa tahun ke belakang.
Hingga kini konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel masih berlanjut. Perang ini menyebabkan banyak anak-anak menjadi korbannya. Hingga memasuki hari kesepuluh sekitar ratusan anak dikabarkan tewas dan ribuan lainnya terluka. Anak-anak dan keluarga di Gaza saat ini telah kehabisan makanan,air,listrik,dan obat-obatan. Mereka juga kesulitan mencari akses yang aman ke rumah sakit karena terputusnya semua rute pasokan.Â
Staf UNICEF terus merespons kebutuhan kritis anak-anak di seluruh jalur Gaza. Namun,terputusnya semua rute membuat semuanya semakin sulit dan berbahaya. Dr.Iman Farajallah, seorang psikolog Palestina dalam penelitiannya menemukan bahwa anak-anak di Palestina mengalami trauma berat akibat dari penyerangan tersebut, beliau juga menemukan bahwa anak-anak yang selamat dari perang tidak akan bebas dari rasa trauma tersebut dan harus menaggung akibat buruk secara psikologis,emosional dan perilaku.
 Al-Jazeera, seorang anak di Gaza mengungkapkan bahwa dia sangat gelisah dengan serangan-serangan yang terjadi di lingkungannya.
 Dia melompat jika mendengar suara apapun dan tidak tahan jika ada orang yang berbicara dengan suara keras.
Begitu pedihnya penderitaan yang dialami oleh saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Oleh karena itu kita sebagai sesama muslim dan sebagai makhluk sosial yang mempunyai rasa simpati dan empati sudah seharusnya kita mendoakan dan membantu mereka sebisa kita semoga dengan bantuan-bantuan dan doa-doa yang kita kirimkan dapat menambah semangat perjuangan dan kemerdekaan pada saudara kita di Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H