Tahun 2022 akan segera berakhir dalam waktu 84 hari dan masih banyak luka menyakitkan yang belum terobati. Segala hal yang mengecewakan pun masih terasa perih ketika teringat kembali. Semua luka dan kekecewaan ini masih bisa bertambah lagi.
Tepat di awal bulan perayaan halloween (yang katanya bukan budaya kita) ini, Oktober, telah tersiar berita yang menggetarkan jiwa. Ratusan orang meninggal setelah menyaksikan pertandingan sepak bola. Kemudian diturunkan lah Tim Pencari Fakta untuk mengetahui kenyataan yang terjadi. Ditetapkan juga nama-nama tersangka yang diopinikan sebagai pihak bertanggungjawab atas peristiwa ini. Termasuk nama pintu dan tangga.
Peristiwa di Stadion Kanjuruhan telah sampai di telinga media luar negeri. Mereka pun turut berpartisipasi dalam menyampaikan keadaan dan berita kematian. Bahkan di pertandingan Champions League para pemain hingga penonton mengheningkan cipta untuk mengenang para korban sebelum pertandingan dimulai. Bangga kah nama Negara Indonesia tersiar berkeliling dunia dengan berita seperti ini? Tidak sama sekali.
Salah satu hal yang membanggakan dari sepak bola Indonesia di tahun ini adalah lolosnya Timnas Sepak Bola Indonesia U-20 ke Piala Asia 2023.
Tragedi yang terjadi di Kabupaten Malang ini bisa menjadi gelembung soda teratas yang siap mendobrak tutup botol. Siap menghamburkan diri ke segala arah ketika tutup botol dibuka. Tragedi ini bisa saja menjadi titik terakhir masyarakat yang segera jemu dengan negara sendiri.
Dengan peristiwa besar yang selalu saja terjadi di setiap bulannya di sepanjang tahun 2022, dari kenaikan harga BBM yang terus naik, data rakyat yang tersebar bebas, hingga kasus penembakan anggota polisi oleh polisi. Segala peristiwa di tahun 2022 ini bisa menggerus harapan. Jika tanah tempat kita berteduh akan begitu kacau. Apakah ada harapan untuk hidup dengan ketenangan?
Kami sebagai rakyat kecil — rakyat biasa — rakyat yang tidak memiliki jabatan hanya bertahan hidup mengandalkan harapan. Tanpa harapan terkadang kami akan merasakan berat untuk terbangun di pagi hari. Seperti tidak ada tujuan. Tidak ada kepastian tentang kesejahteraan yang akan didapatkan.
Ketika setiap harapan yang ada selalu saja dipupuskan oleh negara. Apakah rakyat masih ingin terus berharap meski terasa percuma? Jika kehadiran konstitusi terbesar ini adalah negara itu sendiri, bukankah seharusnya negara selalu hadir untuk rakyatnya? Menjadikan tiap harapan lebih mudah terwujudkan.
Peristiwa yang disebabkan oleh badan negara dan berakibat kepada rakyatnya tentu perlu ada evaluasi besar terhadap negara ini. Rakyat masih ingin memiliki harapan. Masih berangan bahwa tanah kelahiran ibu pertiwi bisa menjadi tempat yang layak untuk menjalankan kehidupan. Bukan menjadi tempat yang sesak penuh dengan ketakutan. Takut tidak bisa membeli makan, takut tidak terbeli bensin untuk berangkat kerja, dan takut untuk menyuarakan isi hati.
Rakyat akan terus berharap rumah yang menjadi tempat beristirahat, tertawa bersama keluarga, menyaksikan berita, dan tempat termenung, bisa menjadi tempat yang selalu nyaman untuk kembali pulang. Hanya dengan harapan isi kepala dan perut rakyat masih bertahan.