Mohon tunggu...
Hafizah Fauziah
Hafizah Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobiku Bernyanyi dan Traveling.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"Upaya Pencegahan Hipertensi Dengan Meminum Air Rebusan Daun Salam"

26 Juli 2024   17:35 Diperbarui: 26 Juli 2024   17:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian khusus saat ini. Penderita hipertensi sering tidak sadar akan kondisinya karena penyakit ini tidak terlalu menampakkan gejala, sehingga penyakit ini dikenal dengan the silent killer atau "pembunuh diam-diam". Menurut the Joint National Committee of the Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7, 2003 dalam Robinson dan Saputra, 2014), hipertensi untuk usia dewasa 18 tahun ke atas didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ vital seperti otak, mata dan ginjal.

Hipertensi disebut sebagai silent killer karena pada sebagian besar kasus tidak menunjukan gejala apapun sehingga pada suatu hari sudah terjadi komplikasi yang diakibatkan rusaknya endotel dan mempercepat terjadinya aterosklerosis. Hal ini yang membuat penderita hipertensi mengalami stroke dan serangan jantung mengakibatkan penderitanya meninggal. Penelitian di Amerika Serikat mengemukakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah sistolik meningkat, tetapi tekanan darah diastolic hanya akan meningkat sampai usia 55 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan usia 50 tahun 10%, angka ini meningkat 20-30% pada usia 60 tahun keatas. Sementara penduduk diatas 20 tahun yang menderita hipertensi sebanyak 1,3-28,6%.5. Seseorang yang mengalami hipertensi usia muda akan lebih beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler yang lebih berbahaya. Selain menggunakan terapi obat-obatan atau farmakologis, hipertensi juga dapat ditangani dengan terapi non-farmakologis. Banyak rekomendasi yang sesuai dengan penelitian untuk terapi non-farmakologis hipertensi diantaranya adalah senam hipertensi dan meminum rebusan air daun salam.

Daun salam (syzygium polyanthum) merupakan tanaman yang banyak memiliki manfaat selain digunakan untuk bumbu masakan, daun salam ini juga digunakan sebagai obat herbal dimana daun salam ini mampu mengatasi berbagai macam penyakit salah satunya yaitu penyakit hipertensi dimana kandungan minyak atsiri (sitrat, eugenol), tanin dan flavonoid dalam daun salam ini mempunyai fungsi untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Pelaksanaan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk yang membuktikan bahwa ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Nurtanti, dkk yang menyatakan mayoritas responden mengatakan tekanan darahnya menurun setelah meminum rebusan daun salam. Sejalan dengan penelitian Gobel, Febriyona,dkk melakukan terapi rebusan daun salam terhadap penurunan hipertensi pada lansia dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi rebusan daun salam terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi . Penurunan tekanan darah pada lansia diakibatkan oleh kandungan kimia yang terdapat didalamnya seperti minyak atsiri, sitrat, eugenol, flavonoid serta tanin yang mempunyai fungsi untuk menurunkan tekanan darah dimana cara kerja dari senyawa kimia ini dengan cara mengekskresi cairan empedu sehingga kolestrol yang ada didalam pembuluh darah keluar bersamaan dengan zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh (urine) sehingga aliran darah menjadi lancar. Mekanisme kerja dari kandungan kimia yang terdapat pada daun salam ini dapat merangsang sekresi cairan empedu sehingga kolesterol akan keluar bersamaan dengan cairan empedu menuju usus dan merangsang sirkulasi pembuluh darah sehingga dapat mengurangi terjadinya pengendapan lemak di dalam pembuluh darah.

Adapun Metode pengolahan daun salam yaitu: Pengelolaan obat herbal: dengan beberapa tahap pengelolaan secara sederhana antara lain (Harismah and Chusniatun, 2016) : Mengidentifikasi jenis tanaman herbal yang akan digunakan, serta  bermanfaat untuk mengetahui jenis, khasiat, dan zat aktif yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut. Teknik pemetikan dan pengumpulan untuk menjaga kualitas dan kuantitas zat aktif yang terkandung dalam tanaman herbal tersebut. Penyortiran bahan baku dalam pembuahan herbal untuk membebaskan dari bahan asing dan kotoran, serta memperoleh simplisia yang ukuran, jenis, dan tingkat kematangan yang sesuai. Pencucian simplisia dilakukan dengan air bersih dan mengalir untuk memperoleh simplisia yang bersih dan bebas dari mikroba.

Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan ditempat yang teduh atau dalam ruangan aliran udaranya baik, dapat juga menggunakan oven dengan pengaturan suhu yang telah disesuaikan. Teknik pengolahan : Dalam perebusan menggunakan wadah dari bahan yang anti karat, tanah liat, kaca, dan email. Teknik seduh digunakan untuk simplisia yang lunak berupa daun dan bunga. Serbuk digunakan lebih praktis dan bertahan lama, cara menyimpan obat herbal dengan wadah yang tertutup rapat serta kedap suara. Adapun langkah langkah pembuatan ekstraksi daun salam: teknik pengolahan daun salam yaitu dengan infusa/ perebusan. Perebusan menggunakan wadah anti karat dan pemanasan air mendidih dengan temperatur 96 OC - 98 OC selama waktu 15-20 menit. Menurut (Anggraini, 2018). Pembuatan ekstraksi daun salam yaitu: bahan yang dibutuhkan : 10 gram daun salam kering atau 30 gram daun salam segar.

Adapun dari beberapa hasil penelitian didapatkan tekanan darah sistolik sebelum diberikan intervensi 160 mmHg dan diastolic 100 mmHg sedangkan setelah pemberian intervensi mengalami penurunan menjadi tekanan sistolik 110 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg. Hal ini dapat dilihat setelah mengkonsumsi air rebusan daun salam 2 kali sehari sebanyak 100 ml selama 7 hari mengalami penurunan antara tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun salam. 

Tidak semua penderita hipertensi harus mengkonsumsi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darahnya. Banyak bahan-bahan alami disekitar kita untuk menurunkan tekanan darah, misalnya rebusan daun salam yang terbukti ampuh untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Penggunaan daun salam banyak dilakukan masyarakat sejak zaman dahulu sebagai bahan obat komplemeter dan sering dilakukan sebagai pengobatan alternatif dan sebagai pengganti obat antihipertensi yang relatif mahal dan pengunaannya seumur hidup. Daun salam dalam ekstrak etanol sudah pernah diteliti untuk melihat efek anti hipertensi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwasannya "Rebusan Air Daun Salam" dapat menurunkan tekanan darah tinggi bagi penderita hipertensi. 

"DAFTAR PUSTAKA"

Friska, R. (2016). Pengaruh Pemberian Daun Salam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing Kota Padang Tahun 2016 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS). 

Susaldi, S., Rahayu, P., & Okstoria, M. R. (2023). Penerapan Senam Hipertensi dan Rebusan Air Daun Salam untuk Hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Saga Komunitas, 2(2), 182-189.

Susaldi, S., Rahayu, P., & Okstoria, M. R. (2023). Penerapan Senam Hipertensi dan Rebusan Air Daun Salam untuk Hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Saga Komunitas, 2(2), 182-189.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun