Mohon tunggu...
HAFIZH IDRI PURBAJATI
HAFIZH IDRI PURBAJATI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bekerja dalam senyap

Alumnus Magister Humaniora UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dan pernah menempuh Magister Ilmu Sejarah di UGM (2010-2015)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Santri, Model Integrasi Madin ke Sekolah Negeri di Kabupaten Lumajang

20 Juli 2020   19:01 Diperbarui: 20 Juli 2020   18:57 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 20 Juli 2020 adalah tepat setahun terlaksananya program Sekolah Santri di SMP Negeri 2 Pasirian, Lumajang. Program ini merupakan Respon atas Gerakan Sekolah Mengaji (GSM) yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang. Program GSM diluncurkan menyikapi dekadensi moral yg terjadi di Kalangan anak usia sekolah.  

Ponpes Skill Nurul Hayat Pasirian bekerjasama dengan SMPN 2 Pasirian menginisiasi Program Sekolah Santri ini. Program ini menjadi yang pertama di lingkup Sekolah Menengah di Kabupaten Lumajang. Karena hanya SMP Negeri 2 Pasirian yang melibatkan langsung Lembaga Pesantren. Secara umum Sekolah lain mengelola Program GSM secara mandiri dan menyusun sendiri kurikulumnya.  

Goals dari Program Sekolah Santri ini adalah setelah lulus siswa-siswi menguasai tiga kemampuan Dasar seorang Muslim, Yakni Hafal Bacaan Sholat, Fasih membaca Qur'an, Paham Fiqih Dasar dan mampu menulis Arab dg Baik. Kemampuan yang tidak mungkin dicapai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana jumlahnya hanya 2 jam per minggu.

Program Sekolah Santri sendiri awalnya terinpirasi adanya kondisi keterputusan belajar Agama Islam bagi siswa Sekolah Dasar yg sdh menginjak ke SMP. Pada masa inilah kenakalan remaja biasanya terjadi, kecenderungannya mereka mulai meninggalkan kebiasaan Sholat dan Ibadah lain sebagaimana yg mereka kerjakan ketika di Sekolah Dasar.

Maka formalisasi kegiatan keagamaan ala Program Sekolah Santri bagi siswa yg pelaksanaannya pada jam terakhir diharapkan mampu menjawab keterputusan belajar agama Islam tersebut. Jadi, pada jam terakhir pembelajaran di sekolah (Pukul 13.00 WIB), siswa akan diarahkan masuk Ponpes Skill Nurul Hayat (kebetulan lokasinya berdampingan) untuk Sholat Dzuhur berjamaah, sesudahnya akan masuk kelas dan mendapat materi dari Para Ustadz Pesantren hingga pukul 15.00 atau selama 90 menit. Kemudian dilakukan Sholat berjamaah Ashar sebagai penutup kegiatan.

Hafizh Idri Purbajati (Direktur Ponpes Skill Nurul Hayat)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun