Cerita persahabatan kami dimulai ketika kami bersama-sama menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di sebuah universitas Muhammadiyah Mataram. Kami menamakan diri kami sebagai Geng-Gong. Nama yang lucu bukan? Kami sendiri tidak tahu asal mula kenapa kami memberi nama seperti itu karena yang terlintas hanyalah nama tersebut terdengar unik dan lucu.Kami ini terdiri dari 7 orang perempuan dan 10 Laki laki. Sejak semester awal  kami pun sering bersama dan menjadi akrab. Saya sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka yang begitu baik, pengertian, tulus, perhatian dan begitu mencintai saya seperti saudara perempuan saya sendiri.
Persahabatan kami dipenuhi banyak cerita. Kami berbagi suka dan duka bersama. Tidak lupa ada tawa yang terkadang diselingi air mata. Terkadang di antara kami juga timbul gesekan satu sama lain karena perbedaan pendapat yang menimbulkan kesalah pahaman.Kami menyelesaikan masalah dengan terbuka, saling jujur, dan apa adanya. Dan hal itulah yang menjadikan persahabatan kami begitu kuat. Salah satu hal yang juga membuat hubungan persahabatan ini semakin erat adalah karena perkumpulan kami menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan ini, tidak bisa kami pungkiri terasa sangat berat. Masa kuliah yang sangat panjang ditambah beban kuliah yang berat menjadikan kami menjadi sahabat yang saling membantu dan berbagi.
Tidak jarang kami sering menangis bareng ketika kami habis dimarahi dosen ataupun gagal ujian. Dan ketika kami bisa bersama-sama lulus dalam satu mata kuliah, kami juga merayakan bersama-sama misalnya dengan makan siang ke mall ataupun melakukan liburan ke tempat yang dekat. Kami tertawa bersama dalam kegembiraan dan ikut menangis bersama-sama dalam kesusahan. Sungguh, hal-hal tersebut masih menjadi kenangan indah yang tidak bisa saya lupakan sepanjang hidup saya. Saya pun bisa melewati masa-masa kuliah karena kehadiran mereka di samping saya yang selalu menguatkan diri saya.
Sewaktu kuliah kami mempunyai banyak sekali mimpi. Kami bermimpi untuk lulus menjadi Guru dan bekerja secara  bersama di mana kami semua bisa praktek bareng nantinya sehingga kami masih bisa sering bertemu. Mimpi kami yang lainnya adalah setelah lulus dan menjadi Guru, kami bisa menikah dengan pasangan kami sebelum umur 25 tahun. Tetapi ternyata rencana Tuhan jauh lebih indah daripada rencana kami bertujuh belas.
Walaupun mimpi untuk menjadi Guru dan bekerja secara bersama belum terwujud, tentunya kami tetap saling support satu sama lain. Contohnya, saat saya sedang melakukan pendiskusian dengan teman-teman saya yang lain dengan suka rela ikut menjadi pemateri dan moderator di acara tersebut. Support kami kepada teman kami yang akhirnya memilih berbisnis juga kami lakukan, misalnya dengan ikut mempromosikan bisnisnya melalui media sosial kami. Kami pun juga masih sering mengunjungi teman kami yang sekarang sudah menjadi ibu rumah tangga dan mendengar kisah serunya menjadi seorang istri dan ibu. Setiap kami bertemu, selalu saja ada cerita baru yang menginspirasi kami masing-masing untuk selalu berpikir positif dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Kami sedang tidak berlomba antar teman tetapi berlomba pada diri kami sendiri. Tidak ada rasa iri ataupun ingin menjegal di antara kami. Kami pun memiliki satu prinsip yang sama bahwa kehidupan adalah sesuatu yang indah yang harus kami syukuri. Rancangan Tuhan tidak pernah terlalu awal dan tidak pernah terlambat karena Ia sudah membuat rancangan yang tepat dan akan indah pada waktu-Nya. Hal itulah yang terjadi pada kehidupan kami masing-masing sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H