Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Nothing but busy🤍 "Dunia terlalu indah untuk dilewatkan tanpa sebuah cerita visual. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintik daun

30 November 2024   19:03 Diperbarui: 30 November 2024   19:03 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tersandar di dahan usia,
selembar daun melantunkan kisah.
Hijau muda yang dulu megah,
kini layu, meniti sisa waktu.

Angin pagi membelainya lembut,
membisikkan cerita hari lalu.
Tentang hujan yang dulu ia rengkuh,
dan matahari yang ia tatap penuh.

Namun tak selamanya ia bertahan,
jatuh perlahan, digugurkan musim.
Meski terpisah dari sang pohon,
ia tetap abadi dalam lingkaran alam.

Oh daun, penjaga rahasia tanah,
kehidupanmu singkat namun bermakna.
Kau luruh, tak bersuara,
menyuburkan bumi yang kau cinta.

Di balik luruhmu ada keabadian,
mewarisi kehidupan untuk esok hari.
Kisahmu abadi di hati semesta,
di mana daun baru akan kembali bertahta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun