Di hadapan kaca, aku berdiri,
menatap bayang yang tak pernah lari.
Wajah itu, akukah dia?
Atau sekadar ilusi dari realita?
Kaca membisu, tapi tak berbohong,
memantulkan luka yang terlalu kosong.
Tiap retak, tiap garis halus,
adalah waktu yang diam namun terus menggerus.
Ada kenangan tersimpan di sana,
tawa yang pudar, air mata yang membekas.
Kaca menjadi saksi tanpa bicara,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!