Di tepi cakrawala, kutemukan jejak angin,
menghapus debu-debu mimpi yang berjatuhan.
Langit berbicara dalam sunyi,
menyimpan rindu pada malam yang tak kunjung pulang.
Bintang-bintang berbisik pada rembulan,
tentang manusia yang terus berlari,
mengejar waktu yang tak pernah berhenti,
tapi lupa melihat bayang dirinya sendiri.
Di balik kabut, hutan bernapas pelan,
dedaunan berjatuhan seperti lembaran surat,
kisah-kisah yang tak sempat dibaca,
rahasia yang terpendam dalam gelapnya tanah.
Air sungai mengalir seperti waktu,
membawa cerita dari gunung hingga samudra,
namun tak satu pun yang kembali,
semua pergi, larut dalam keabadian.
Aku bertanya pada senja yang memerah,
mengapa keindahan sering datang dalam luka?
Mengapa matahari tenggelam selalu terasa,
seperti perpisahan yang tak pernah siap diterima?
Namun di tengah sunyi,
ku dengar jawaban dari bayu yang berhembus lembut:
"Hidup adalah harmoni dari kehilangan dan temu,
seperti ombak yang kembali ke pantai,
meski harus meninggalkan laut yang dicintai."
Maka kutatap cakrawala dalam diam,
merangkul perih dan cinta yang berserakan.
Karena dalam setiap langkah,
tersimpan makna yang takkan pernah hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H