Ada kisah di balik gugurnya daun,
perlahan ia lepaskan genggaman,
dari ranting yang dulu setia,
pada angin ia titipkan perjalanan.
Tak pernah ia takut jatuh,
meski bumi menanti dengan dingin,
karena ia tahu, gugurnya adalah awal,
dari siklus hidup yang abadi.
Daun itu berkata pada semesta:
"Aku bukan hanya hijau di musim semi,
aku adalah nafas pohon,
aku adalah sajak sunyi."
Ia tak merasa usang meski kering,
karena warnanya mengubah senja,
membawa keindahan terakhir,
sebelum luruh menjadi tanah.
Ah, daun itu mengajarkan kita,
bahwa kehilangan adalah bagian dari indah,
dan jatuh bukanlah akhir,
melainkan jalan untuk kembali pulang.
Namun sebelum ia benar-benar pulang,
daun itu singgah di pelukan angin,
menari-nari di udara,
berputar dalam irama alam semesta.
"Adakah yang melihat kejatuhanku?"
bisik daun pada hening malam.
Ia tak butuh sorak atau tepuk tangan,
hanya sejenak pengakuan,
bahwa hidupnya tak sia-sia.
Angin menjawab lembut,
"Setiap hembusan yang membawamu,
adalah pengantar doa dari pohon,
yang melepasmu dengan cinta."
Dan pohon itu, meski kini kehilangan,
tersenyum dalam diamnya.
Sebab ia tahu, daun yang gugur
adalah tanda bahwa ia masih hidup,
bahwa akarnya masih kokoh
menembus tanah yang penuh cerita.
Sementara daun itu terus turun,
mendekati bumi yang membentang tenang.
Ia berpikir,
"Mungkin aku hanya daun kecil,
tapi aku telah melihat langit,
aku telah mendengar hujan,
dan aku telah menjadi bagian dari hari."