Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - Pencinta kata yang berbisik

Nothing but busy🤍 "Penggemar kata-kata yang mengalir dalam rima dan makna. Menuliskan puisi sebagai bentuk suara hati, merangkai setiap baris untuk menghidupkan keindahan dan perasaan yang tersembunyi. Temukan jejak cerita, cinta, dan renungan dalam tiap sajak yang kutulis. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Langit Abu-abu

14 Oktober 2024   13:15 Diperbarui: 14 Oktober 2024   13:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit abu-abu menggantung rendah,  

Di batas cakrawala yang sunyi membisu.  

Tak ada hujan, tak ada mentari,  

Hanya angin yang berbisik pelan di antara dedaunan.

Warna-warna pudar di hadapanku,  

Seolah bumi kehilangan gairahnya.  

Apakah ini pertanda, atau hanya jeda?  

Sejenak alam menahan nafasnya.

Dulu, biru dan jingga menghiasi hari,  

Kini kelabu menyelimuti asa.  

Namun, di balik kabut yang menyelimuti,  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun