Di balik hijau yang lembut melambai,
Ada napas yang perlahan membayang.
Setiap helai adalah cerita tak terucap,
Mengalir dalam sunyi, menyapa dunia.
Daun-daun tak hanya jatuh diam,
Mereka adalah saksi yang tak terucap.
Menyimpan rindu hujan yang menetes,
Dan bisikan angin yang memeluk malam.
Ada nyawa yang tertanam di akar,
Menghidupi semesta tanpa suara.
Mengajarkan kita tentang keikhlasan,
Bahwa hidup mengalir seperti musim.
Mungkin, ketika daun terakhir luruh,
Kita baru menyadari arti hidup yang rapuh.
Namun, di balik setiap gugurnya daun,
Ada awal baru yang perlahan muncul.
Setiap retak di permukaan tanah,
Adalah jejak waktu yang tak terelakkan.
Namun, daun yang jatuh tak pernah hilang,
Ia bersatu dengan tanah, kembali ke pangkuan.
Di antara pepohonan yang menjulang tinggi,
Ada bisik yang hanya bisa didengar hati.
Bahwa segala yang hidup akan kembali,
Ke asalnya, dalam lingkaran abadi.
Mereka yang memahami bahasa daun,
Akan tahu, kehidupan bukanlah tentang waktu,
Melainkan tentang jejak yang ditinggalkan,
Dalam semesta yang terus bergerak dan tumbuh.
Dan ketika kita berdiri di bawahnya,
Kita belajar menerima, seperti mereka.
Bahwa meski daun harus luruh dan lenyap,
Nyawanya tetap hidup, di bumi yang menatap.
Di balik daun yang kini menjadi tanah,
Ada keabadian yang tak pernah punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H