Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi - Pencinta kata yang berbisik

Nothing but busy🤍 "Penggemar kata-kata yang mengalir dalam rima dan makna. Menuliskan puisi sebagai bentuk suara hati, merangkai setiap baris untuk menghidupkan keindahan dan perasaan yang tersembunyi. Temukan jejak cerita, cinta, dan renungan dalam tiap sajak yang kutulis. Mari berbagi makna dalam setiap kata yang berbisik."

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Langit Menulis Puisi dengan Tetesannya

5 Agustus 2024   08:16 Diperbarui: 5 Agustus 2024   08:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Karya : de 

Saat pagi menyingsing di ufuk timur,

Langit membentang kanvas biru nan luhur.

Setiap tetes embun yang jatuh perlahan,

Menjadi tinta bagi puisi alam semesta.

Dalam setiap tetes, ada cerita terurai,

Tentang cinta, harapan, dan asa yang tak pernah usai.

Langit menulis dengan gemericik hujan,

Mengisahkan rindu yang datang tanpa undangan.

Awan kelabu menjadi bait-bait syahdu,

Petir menyambar, serasa kalimat pilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun