Mohon tunggu...
Dea
Dea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nothing but busy 🤍

Mahasiswa yang hobby menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Butiran Debu

19 Juli 2024   12:42 Diperbarui: 19 Juli 2024   12:48 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Aku adalah butiran debu,
Tersembunyi di sudut sunyi,
Terseret angin tanpa arah,
Melayang tanpa jejak pasti.

Di padang luas aku terhempas,
Terbawa arus waktu yang kejam,
Tak terlihat, tak terdengar,
Namun selalu ada dalam diam.

Aku menyaksikan dunia berubah,
Menatap langit yang silih berganti,
Menjadi saksi bisu dari cerita,
Yang ditulis oleh sang mentari.

Butiran debu ini tak berarti,
Namun dalam kerumunan yang sunyi,
Ada kekuatan yang tersembunyi,
Menciptakan makna dalam harmoni.

Terkadang, aku menyatu dengan air,
Mengalir bersama sungai yang deras,
Atau terangkat tinggi ke langit,
Bersatu dalam pelukan awan luas.

Aku mungkin tak berarti,
Di mata mereka yang hanya melihat besar,
Namun dalam keheningan yang abadi,
Aku ada, mengisi setiap celah yang menganggas.

Butiran debu, kecil dan rapuh,
Namun dalam kesederhanaan yang fana,
Ada kekuatan yang tak terukur,
Menggambarkan keabadian semesta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun