Mohon tunggu...
Hafinuddin bin Hasaruddin
Hafinuddin bin Hasaruddin Mohon Tunggu... Dosen - Hafinuddin

“Meski engkau telah mengkaji ilmu seratus tahun dan telah memiliki seribu buku, engkau belumlah siap untuk memperoleh rahmat Allah, kecuali dengan mengamalkannya". (Imam Al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Modal" Seorang Dosen

30 Juni 2013   03:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:13 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Alhamdulillah, pada tahun 2012 tepatnya bulan Maret hingga Agustus, saya bersama 17 dosen lain yang tersebar dari Sabang hingga Marauke, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program magang dosen Dikti di Institut Pertanian Bogor (IPB). Program yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan 10 perguruan tinggi negeri di Indonesia, salah satunya IPB adalah sebuah upaya meningkatkan wawasan, keahlian dan pemahaman terutama kepada dosen junior tentang pengelolaan perguruan tinggi dan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Tulisan ini sebagai bentuk sharing informasi yang telah saya peroleh bersama teman-teman dosen yang lain dalam sebuah presentasi atau kuliah bareng Profesor Emeritus IPB, Prof. Dr. Utomo Kartosuwondo, MS., mengenai "Komunikasi, etika dan moral dalam perguruan tinggi".

Profesor Utomo memberikan penjelasan bagaimana seorang dosen yang dia merupakan seorang guru, pendidik, bahkan juga sebagai motivator serta fasilitator bagi anak didiknya, harus memiliki komitmen dalam pengajaran. Setidaknya ada 4 komitmen dalam pengajaran yang harus dimiliki oleh seorang dosen atau pendidik yaitu 1) komitmen terhadap mutu pendidikan; 2) komitmen terhadap keimanan; 3) komitmen terhadap ketaqwaan dan 4) komitmen terhadap akhlak mulia.

Keempat komitmen tersebut menunjukkan kepada saya, Anda, kita semua yang terlibat dalam penyelenggaraan sebuah pendidikan bahwa melakukan aktivitas mengajar bukan hanya sebatas transfer "knowledge" atau sebatas memberikan pengetahuan bidang kepada anak didik. Tetapi seorang dosen, guru harus mampu memberikan pemahaman yang baik bahkan contoh bagi anak-anak didiknya. Bagaimana seorang dosen harus berperan sebagai motivator sekaligus sebagai fasilitator bagi mahasiswanya.

Disinilah letak tanggung jawab yang besar bagi seorang dosen dan menunjukkan bahwa menjadi seorang dosen yang sesungguhnya bukan perkara yang mudah. Sehingga seorang dosen, selain memiliki kemampuan, keahlian pada bidang tertentu, dituntut pula untuk berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengelola dirinya, mengevaluasi diri, membekali dirinya dengan sebaik mungkin, baik dengan ilmu maupun kompetensi, sikap, attitude yang baik agar dia menjadi sosok yang berkomitmen terhadap mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia.

Masih menurut Prof. Utomo, minimal ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh dosen, guru atau pendidik untuk mewujudkan 4 komitmen dalam pendidikan. 1) Technical, dimana seorang dosen harus menguasai kompetensi bidangnya sebaik mungkin. 2) Soft skills. Selain si dosen berkompeten dalam bidangnya, seorang dosen harus memiliki keahlian penunjang pula, misalnya seorang dosen memiliki kemampuan menulis yang baik. Soft skills ini akan sangat dibutuhkan oleh seorang dosen untuk menulis karya ilmiah, menulis buku ajar, mempublikasikan artikel-artikel ilmiah yang ditelitinya agar mampu bermanfaat bagi yang lain. Contoh yang lain, seorang dosen mesti memiliki keahlian komunikasi yang baik, efektif, mudah dimengerti dan bahkan bahasa, tutur katanya mampu menggugah atau menginspirasi anak didiknya. Kemampuan komunikasinya ini sekaligus menjadikan dosen bagaikan motivator bagi anak didiknya. 3) Emotional. Kemampuan mengelola emosional oleh seorang pendidik sangat diperlukan. Beragamnya kemampuan, sikap dan latar belakang anak didik, menuntut seorang pendidik, dosen, guru memiliki kemampuan untuk mengelola emosionalnya dengan sebaik mungkin sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Emosional di sini juga bisa diartikan bagaimana seorang dosen biasa melakukan aktivitas yang baik dan bermanfaat sebagai proses untuk menjadi "tauladan" bagi anak-anak didiknya. 4) Spritual skills. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter mengharuskan seorang pendidik, dosen, guru memiliki sikap atau akhlak yang baik, bahkan pemahaman agama yang baik, sehingga seorang dosen atau guru mampu memerankan diri bak seorang ustadz, melakukan aktivitas nasehat, memberikan pesan-pesan moral dalam perkuliahannya, sehingga anak didik memiliki keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia yang baik pula.

Komitmen dan kompetensi ini boleh dibilang layaknya "modal" bagi seorang dosen agar dapat menjalankan "usaha" nya dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu, saya mengajak pribadi saya sendiri dan juga pembaca sekalian terutama yang berstatus sebagai pendidik, dosen maupun guru, agar kita selalu memelihara komitmen sebagai seorang pendidik, senantiasa  meng- "upgrade" dan terus mengasah kompetensi kita sebagai bentuk turut serta dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik untuk negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun