Mohon tunggu...
Hafinuddin bin Hasaruddin
Hafinuddin bin Hasaruddin Mohon Tunggu... Dosen - Hafinuddin

“Meski engkau telah mengkaji ilmu seratus tahun dan telah memiliki seribu buku, engkau belumlah siap untuk memperoleh rahmat Allah, kecuali dengan mengamalkannya". (Imam Al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hanya yang Kaya Boleh Berpendidikan

6 Agustus 2013   16:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:33 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya yang kaya yang boleh berpendidikan ini adalah kalimat yang ingin saya sampaikan bahwasanya hanya orang-orang dengan "kekayaan pemahaman" bukan "kekayaan harta", yang boleh mengakses pendidikan.

Contohnya seorang anak, dari keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi, jauh dari ekonomi yang namanya mapan, jangankan pas-pasan, malah ini kekurangan, tapi anak tersebut bisa mencapai pendidikan formal paling tinggi (seorang doktor). Kekayaan pemahaman dilandasi dengan tujuan kuat sehingga pendidikan bisa diraih walau dengan keterbatasan ekonomi.

Ini yang kemudian membuat saya berfikir kembali, tentang pendidikan itu adalah milik siapa pun yang memiliki kekayaan. Keterbatasan ekonomi boleh saja menjadi alasan, tapi seringkali ekonomi pula yang membuat mereka menjadi pemilik pendidikan terbaik, lulus dengan prestasi yang cemerlang, tertinggi dalam indeks prestasi.

Saya tidak akan menyebutkan contoh orang-orangnya disini, pembaca sekalian mungkin memiliki sederet nama dari kalangan keluarga yang dari segi ekonomi tidak bercukupan, tapi mereka, anak-anak mereka memiliki pendidikan formal yang "mumtaz".

Pemahaman yang baik tentang pentingnya pendidikan, menuntut ilmu, apalagi jika ditambah spirit keagamaan, maka akan tumbuh pribadi dengan sebuah "kekayaan", yang kekayaan itu akan lebih berarti dari kekayaan harta, yaitu "kekayaan" pemahaman. Orang-orang yang kaya pemahaman, mereka akan melewati batas-batas kemampuan mereka sendiri, tembok-tembok penghalang pun dirobohkan dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas demi sebuah mimpi.

Bagaimana pun juga, pemahaman tentang pentingnya menuntut ilmu harus ditumbuhkan dalam diri, keluarga, masyarakat dan dalam bernegara. Secara pribadi, memiliki keinginan dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Keluarga senantiasa menopang, memberi semangat. Masyarakat turut serta memberi aspresiasi bagi yang menuntut dan memiliki ilmu serta negara memikirkan dan memfasilitasi seluruh rakyatnya agar memperoleh pendidikan secara terjangkau bahkan gratis dan berkualitas.

Terakhir, saya ingin mengutip sebuah hadis yang populer di tengah-tengah kaum muslimin, sebagai penyemangat dalam meraih ilmu dan memperkaya pemahaman kita tentang keutamaan dalam menuntut ilmu, “Siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan jalan bagi dirinya menuju surga.” (HR Muslim dan at-Tirmidzi).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun