Mohon tunggu...
Hafiida rimahapsari
Hafiida rimahapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

saya adalah seseorang yang begitu menyukai latar belakang terjadinya sesuatu, saya suka berbincang dengan orang lain sehingga saya ingin membagikan banyak kisah yang telah saya dengarkan dari para tokoh yang sangat hebat kepada khalayak umum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pahlawan Difabel: Difalitera Memberi warna Baru bagi Penyandang Disabilitas

10 Oktober 2023   12:07 Diperbarui: 30 Oktober 2023   22:42 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mbak Indah sapaannya, Bersama suguhan teh serai perbincangan kami menghangat mengenai bagaimana seorang Indah Darmastuti, seorang sastrawan lokal Solo yang tinggal di Gentan akhirnya dapat memberikan warna baru bagi para penyandang disabilitas di Solo dan Merambah ke internasional. Mbak Indah bercerita bahwa difalitera sebenarnya adalah ketidaksengajaan dalam hidupnya yang sangat ia syukuri atas keberadaan hingga pencapaiannya. Hanya bermula dari dapur rekaman bersama anak difabel netra membuatnya tersadar bahwa selama ini ternyata sulit sekali akses sastra untuk teman-teman yang menyandang difabilitas dikarenakan saat ini sastra yang sudah tersedia dalam buku braille hanya sastra-sastra karangan lama jadi tidak ada pembaharuan atau belum ada sastra-sastra baru yang disajikan dalam bentuk buku breile untuk teman-teman penyandang difabilitas.

Sejak rekaman dengan teman kenalan difabel tersebut membuat mbak Indah yang begitu menyukai dunia sastra menjadi bersemangat untuk dapat menyampaikan sastra kepada teman-teman difabel dengan harapan sastra dapat dinikmati oleh siapapun termasuk penyandang difabilitas. Proses mbak Indah dalam memikirkan konsep yang akan ia hadirkan untuk media penyampaian satra kepada teman-teman difabel begitu lama hingga memakan waktu lebih dari 1 tahun karena ia sempat bingung akan menggunakan apa sebagai medianya, jika dihadirkan dalam bentuk breile untuk setiap sastra yang baru pasti akan sangat menguras waktu dan tenaga, atau jika hanya direkam via rekaman handphone dan dishare ke teman-teman difabel pasti akan jelek kualitasnya. Hingga pada suatu ketika, salah buku ciptaan mbak Indah yang berjudul “Makan Malam Bersama Dewi Gandari” ingin dibuat sebagai audiobook oleh mahasiswa UNS karena ketertarikannya dalam sastra juga dan pengembangannya dalam teknologi sebagai tugas matakuliahnya, dari sinilah ahirnya mbak Indah tercetus ide dan konsep bahwa akan membuat sarana media penyampaian sastra melalui audio yang direkam di dapur rekaman dan dibagikan secara online hingga terbentuklah audiobook yang bisa diakses melalui website Difalitera. Sempat ditolak oleh stasiun radio tempatnya mengajukan rekaman namun ia tidak patah semangat dan mendiskusikan konsep tersebut dengan temannya sesama penggiat sastra disalah satu komunitas sastra Solo, hingga pada akhirnya konsep mbak Indah ini dibantu wujudkan oleh teman-temannya. Mbak Indah dibantu dengan rekan-rekannya mulai memprodoksi rekaman-rekaman untuk sastra yang disampaikan melalui audio tersebut. 

Walau hanya tamatan SMP tidak menyurutkan semangat mbak Indah dalam menulis dan menghasilkan karya, berbekal kesukaannya dalam membaca membuatnya dapat melahirkan banyak sekali hasil sastra seperti cerpen dan novel hingga terbangunlah Difalitera yang memberikan warna baru bagi para penyandang Difabilitas, agar mereka juga dapat menikmati karya sastra baru. Dalam praktik kehidupannya mbak Indah sadar bahwa seorang sastrawan tidak bisa hanya bergantung pada penghasilan hasil sastranya, namun mbak Indah yakin dengan tetap bermodal pekerjaan utama mbak Indah tidak ingin meninggalkan kesastraannya. Begitu semangatnya mbak Indah dalam usaha memberikan warna baru bagi para penyandang difabel, ia rela untuk membacakan sastra yaitu novel untuk anak-anak difabelnya diyayasan difabel Jagalan Solo hingga terbentuklah komunitas teras baca yang selalu ditunggu kehadirannya oleh teman-teman difabel disana hingga saat ini. 

Mbak Indah pantas disebut sebagai pahlawan bagi para difabel karena kegigihannya mengenalkan warna baru yaitu sastra bagi para penyandang difabilitas agar dapat menikmati sastra. Bermodalkan gajinya sebagai admin ditempat produsen batik ia terus melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan para difabel, karena ia yakin para difabel akan bisa bekerja nanti begitu mereka dewasa seperti manusia lain dan tidak dipandang sebelah mata seperti bahwa penyandang tunanetra hanya bisa menjadi sebagai tukang pijat. Ia ingin nantinya difalitera ini menjadi ruang untuk bertumbuh dan berkembangnya teman-teman difabel di Nusantara. Mbak Indah sadar bahwa sastra tidak akan dapat mencukupi kehidupan jika dijadikan seabgai pendapatan utama karena banyak dari segi sastra yang kurang dipertimbangkan seperti kurang lakunya sastra dikalangan Masyarakat awam, namun hal tersebut tidak menyurutkan niat mbak Indah untuk tetap menghidupi sastra dan menyebarkan sastra walaupun dengan harus selalu mengeluarkan modal sendiri untuk mewujudkannya, karena mbak Indah percaya sastra bisa dinikmati oleh siapapun. Difalitera sendiri adalah sebuah website yang menyediakan banyak sekali sastra-sastra baru yang disampaikan melalui audio dan teks untuk memfasilitasi penikmatan sastra bagi para penyandang difabilitas seperti Tunanetra dan Tunarungu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun