Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Adakah Manusia yang Memiliki DNA "Murni" di Dunia?

18 Oktober 2019   21:04 Diperbarui: 19 Oktober 2019   09:08 5188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melacak asal usul manusia tak cukup hanya dengan menggunakan tinggalan arkeologis semata. Akan tetapi, perlu menggunakan pendekatan lain untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat.

Peter Belwood misalnya, dalam penelitiannya untuk melacak asal usul manusia di Kepulauan Indo-Malaysia (Asia Tenggara Kepulauan), menggunakan pendekatan linguistik dan genetik untuk mengetahui asal usul leluhur dari penduduk yang mendiami Kepulauan ini. 

Hasilnya tak jauh dari hasil yang diungkapkan oleh Herawati Sudoyo, pakar genetik di Indonesia, bahwa tak ada yang memiliki gen murni. Semuanya Merupakan hasil pembauran dari berbagai genetika bangsa yang ada di dunia. Dengan demikian, istilah pribumi dan nonpribumi tak relevan lagi digunakan.

"Karena dari 16 sampel yang kita pamerkan di Museum Nasional ini, bahkan tidak ada yang pribumi asli. Maksudnya yang 100 persen real orang Indonesia. Kebanyakan dari mereka, besar presentasenya adalah keturunan atau nenek moyangnya, Afrika," Ujar Hera dalam sebuah acara nasional, sebagaimana yang dilansir oleh kompas (lihat di sini)

Pendapat ini dibantah oleh Sunliensyar, menurutnya uji DNA memang dapat digunakan untuk melacak asal usul leluhur. Akan tetapi, sama sekali tidak berelasi dengan istilah pribumi dan nonpribumi. 

"Dalam konteks sekarang, semua etnis di Indonesia adalah pribumi, semuanya adalah orang Indonesia asli terkecuali orang asing yang sedang berwisata, bekerja, sekolah, atau hanya mengungsi ke wilayah Indonesia untuk sementara", tulis Sunliensyar dalam artikelnya.

Baca di sini: Benarkah Tidak Ada Pribumi Asli Indonesia Berdasarkan Uji DNA?

Etnis-etnis di Indonesia memiliki tiga DNA yang dominan, yaitu DNA penutur Austronesia, DNA Austro-Asiatic dan DNA Austro-Melanesia di samping juga ditemukan persentase kecil DNA Indo-Eropa. 

Di Indonesia Bagian Barat, persentase DNA Austronesia dan Austro-Asiatic hampir sebanding. Sementara, persentase DNA Austro-Melanesia sangat kecil ditemukan.

Namun, semakin ke timur persentase DNA Austronesia dan Austro-asiatic semakin menurun dan persentase DNA Austro-Melanesia justru semakin meningkat.

Proporsi genom penutur Austronesia di Indonesia. Sumber: Mark Lipson et.al. (2014)
Proporsi genom penutur Austronesia di Indonesia. Sumber: Mark Lipson et.al. (2014)

Menurut para ahli, leluhur penutur Austronesia berasal dari Asia Timur, tepatnya di Kepulauan Taiwan dan Formosa. Mereka kemudian bermigrasi ke Selatan melalui Filipina terus ke Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra sekitar 5000 hingga 3000 tahun yang lalu. 

Penduduk asli penutur Austronesia yang masih hidup Taiwan saat ini memiliki DNA Austronesia yang hampir homogen di dalam tubuh mereka.

Perlu diketahui bahwa kelompok Austronesia di Taiwan saat ini menjadi kelompok minoritas setelah migrasi etnis Han dari Daratan Tiongkok secara besar-besaran.

Leluhur penutur Austro-Asiatik diketahui berasal dari kawasan Indo-China, kawasan Vietnam bagian Utara dan sekitarnya. Mereka juga melakukan migrasi ke Selatan melalui Semenanjung Malaya terus Ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. 

Saat ini, kawasan tersebut akan terlihat kental dengan budaya Tionghoa akibat penaklukan oleh Dinasti-Dinasti Tiongkok pada abad ke-11 SM hingga 10 M ke sana. 

Sementara itu, leluhur Austro-Melanesia diduga datang paling awal ke Kepulauan Asia Tenggara yakni sekitar 60.000 tahun yang lalu. Saat itu, manusia purba Neanderthal masih hidup di Eropa. Leluhur Austro-Melanesia ini, diduga berasal dari Afrika. 

Di antara ketiga suku bangsa tersebut saling mengadakan perkawinan, sehingga terlahirlah generasi yang memiliki DNA campuran.

Kemudian sejak masa protosejarah, keturunan dari ketiga suku bangsa ini turut pula menjalin hubungan perkawinan dengan orang-orang dari Anak Benua India, Arab, dan Tiongkok akibat adanya kontak dagang.

Sehingga, tak salah jika sejumlah kecil  DNA Indo-Eropa dan Arab juga ditemukan di dalam DNA etnis-etnis di Indonesia saat ini.

Meskipun memiliki kandungan DNA yang sama, namun masing-masing etnis ini memiliki persentase atau proporsi DNA yang berbeda. Hal inilah yang menjadi salah satu pembeda antaretnis tersebut selain dari segi bahasa dan unsur kebudayaan lainnya. 

Misalnya saja antara orang Melayu dan Jawa. Orang Melayu memiliki persentase DNA Austronesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan DNA Austro-Asiatik sementara etnis Jawa berlaku sebaliknya.

Pembauran genetika tidak hanya terjadi di Indonesia. Akan tetapi, juga berlaku bagi etnis dan bangsa yang ada di seluruh Dunia. 

Di negara-negara Arab, etnis Arab-Mesir, misalnya, hanya memiliki 17% DNA Arab, selebihnya DNA Afrika Utara(68%), Yahudi Diaspora (4%), Asia Kecil, Afrika Timur dan Eropa Selatan masing-masing 3% sedangkan Etnis Arab-Kuwait memiliki 84% DNA Arab, 7% DNA Asia Kecil, Afrika Utara 4%, dan Afrika Timur 3%.

Diagram persentase DNA yang dimiliki berbagai etnis dan Suku Bangsa di Dunia. Sumber:qph.fs.quoracdn.net
Diagram persentase DNA yang dimiliki berbagai etnis dan Suku Bangsa di Dunia. Sumber:qph.fs.quoracdn.net

Di belahan Eropa, pada DNA orang Inggris ditemukan sejumlah kecil DNA yang berasal dari wilayah Arab dan Anatolian, meskipun DNA Celtic/Basque/Itallic/Frisian/Saxon yang lebih dominan.

Senentara itu, pada DNA Orang Polandia ditemukan DNA Slavic, Kurgan, Aryan yang lebih mendominasi meskipun ditemukan juga DNA Nordik.

Di anak Benua India, ditemukan dua DNA yang dominan pada etnis yang hidup di sana yakni DNA Indo-Eropa dan DNA Asia Selatan. Persentase DNA Indo Eropa semakin meninggi ke Utara dan mengecil ke Selatan, begitu pula sebaliknya. Orang Balochi memiliki persentase DNA Indo-Eropa terbanyak, sementara Orang Gujarati memiliki persentase DNA Asia Selatan terbanyak.

Menariknya, pada semua etnis di India ditemukan gen minor dari Asia Timur. Di samping itu, pada etnis Balochi dan Sindhi juga ditemukan jejak DNA dari Afrika dengan persentase yang amat sedikit.

Bangsa di Asia Timur tak kalah beragamnya, orang Korea memiliki DNA Atayal (penduduk asli Taiwan dan Formasa) dan Sherpa dalam persentase mayor. Orang Jepang memiliki DNA Atayal, Sherpa dan Ainu dalam persentase mayor.

Sementara itu, etnis Han di Tiongkok memiliki persentase 81% DNA Asia Timur, 2% DNA Siberia Utara, 8% DNA Asia Tengah, dan 7% DNA Asia Tenggara dan Oseania.

Beragamnya DNA yang yang dimiliki oleh semua suku bangsa di Dunia, bukanlah suatu hal yang aneh. Sebab di antara mereka saling berinteraksi satu sama lain, saling mengadakan kontak budaya, dan salinh mengadakan perkawinan sepanjang riwayat peradaban mereka.

Bahkan sejak awal kemunculan manusia modern, perkawinan antar spesies telah dilakukan. Sebagaimana yang dimuat di dalam tekno.tempo.co (lihat di sini), diketahui bahwa Homo Sapiens terawal telah mengadakan perkawinan dengan empat spesies manusia Purba yaitu Neanderthal, Denosivans dan dua spesies lain yang masih misteri yang jejak-jejak genom mereka dinamakan EH1 dan EH2. 

Warisan DNA manusia purba ini masih pula dijumpai di dalam DNA manusia sekarang. DNA Neanderthal ditemukan di dalam gen Asia Timur dan Eropa. Sementara itu, DNA Denosivans ditemukan di dalam gen orang Asia Timur, orang Asia Selatan, serta orang Aborigin di Australia dan Papua Nugini .

Dari data-data di atas, membuat kita bertanya-tanya masih adakah suku bangsa atau etnis yang memiliki gen murni tanpa sedikitpun tercampur dengan DNA etnis atau bangsa lain? 

Penulis sampai pada sebuah kesimpulan, yakni tidak ada. Dan jika gen yang tercampur baur dijadikan alasan untuk menolak istilah pribumi dan nonpribumi, lantas masih adakah pribumi yang hidup di dunia saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun