Seorang "budayawan sepuh" panggil saja Babe RS membuat heboh jagad dunia maya terkhusus bagi kalangan arkeolog dan sejarawan beberapa waktu yang silam. Pasalnya, ia mengingkari keberadaan salah satu Kerajaan Maritim terbesar di Asia Tenggara di masa lalu yakni Sriwijaya.Â
Entah apa yang merasuki Babe RS hingga menganggap Sriwijaya sebagai kerajaan fiktif belaka.Â
Menganggap Sriwijaya sebagai kumpulan para bajak laut, hingga berpendapat bahwa para epigraf dan arkeolog sesungguhnya tidak mampu membaca prasasti-prasasti Sriwijaya yang menurutnya bukanlah bahasa Melayu Kuno (simak tayangan youtube di bawah ini).
Bagi saya yang sangat sensitif ini, pendapat demikian adalah sebuah penghinaan besar atas ilmu pengetahuan serta kerja para sejarawan dan arkeolog yang telah sejak lama berusah merekonstruksi dan membuktikan eksistensi Sriwijaya secara ilmiah.Â
Boleh saja Babe RS mengungkapkan pendapatnya, akan tetapi haruslah berdasarkan fakta ilmiah, bukan asal "ngerocos" dan bicara ngawur. Apalagi mengenai isu kesejarahan sebagai dasar terbentuknya bangsa ini.
Memanglah Babe RS, seorang  budayawan yang amat masyhur di Indonesia lantaran ia kerapkali muncul di layar kaca. Ia sosok yang tampil nyentrik, berambut gondrong dengan tawa dan banyolan khas Betawinya.Â
Kemasyhurannya ini bisa jadi mampu mengubah persepsi masyarakat awam tentang keberadaan Sriwijaya. Pendapatnya yang tanpa dasar itu bisa saja lebih dipercayai oleh publik dibandingkan dengan pendapat-pendapat sejarawan meskipun telah didukung dengan data yang relevan.Â
Ulah Babe RS kali ini memang tak bisa ditolerir lagi oleh segenap lapisan bangsa Indonesia terutama masyarakat Melayu di Sumatra yang membanggakan Sriwijaya ini dan kalangan akademisi yang sangat getol meneliti Sriwijaya.Â
Jika Babe RS memang seorang yang intelek seharusnya ia mengadakan semacam diskusi ilmiah atau seminar untuk memaparkan pendapatnya tentang Sriwijaya disertai bukti-bukti dihadapan para ahli lain. Tidak sekadar tampil di TV atau tayangan youtube.