Menjelang pilpres mendatang, tampaknya pendukung dua kubu paslon, 01 dan 02, makin gencar menebar pesona. Tetapi pesona yang mereka tebarkan tidak membawa suasana sejuk dan damai di tengah masyarakat.
Suasana malahan semakin panas, meresahkan, dan menegangkan. Di TV dapat kita lihat tayangan debat kusir, di medsos para pendukung salih hujat, benar-benar seperti perang dingin antarpendukung.Â
Suasana tegang ini karena para pendukung kedua kubu menggunakan pola yang sama untuk meraih simpati masyarakat yaitu isu agama dan menyebar hoaks.
Isu agama yang mereka gunakan misalnya kemampuan menjadi imam shalat, kemampuan berwudhu, baca alqur'an, dan hal tetek bengek lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola dan memimpin bangsa.Â
Memangnya ajang pilpres ini untuk memilih imam masjid dan Qari'? Kalau iya tuh banyak lulusan-lulusan pesantren, universitas-universitas Islam ternama, mengapa parpol tidak memilih mereka saja?
Menebar hoaks juga dilakukan oleh pendukung dua kubu. Kubu 01 misalnya diserang hoaks tentang bangkitnya PKI, keturunan Cina, dan lain sebagainya oleh pendukung 02. Sebaliknya kubu 02 diserang hoaks tentang bangkitnya Orde Baru, Prabowo mualaf, dan pelanggar HAM, ingin mendirikan negara khilafah, dan lain sebagainya.Â
Hoaks lain yang berpotensi merugikan kedua kubu adalah hoaks tujuh kontainer surat suara tercoblos. Hoaks yang satu ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap hasil pilpres mendatang. Tak kira siapapun yang menjadi pemenang.Â
Hal  yang menarik  lainnya adalah strategi menyerang lawan. Jika kubu 01 selalu mengorek kata-kata keliru yang dilontarkan Prabowo untuk digoreng dan dikupas selama mungkin. Maka kubu 02 menggunakan diksi-diksi yang menyeramkan dalam menyerang kebijakan-kebijakan Jokowi.Â
Begitu pula dalam mempertahankan diri. Kubu 01 selalu "ngeles" bahwa ketidakberhasilannya karena "warisan" masalah negara yang disebabkan oleh presiden-presiden sebelumnya dan hal yang diklaim sebagai keberhasilan dianggap murni karena kerja keras Jokowi dan kabinetnya.Â
Kubu 02 pun begitu pula adanya, ketika isu-isu masalah ceramah dan pidato Prabowo merebak para pendukungnya "ngeles" bahwa kata-kata yang salah itu bukan hal substansial yang disampaikan oleh Prabowo.
Pola dan strategi "nyeleneh" yang digunakan oleh para pelakon politik membuat rakyat semakin linglung dan muak. Tak ayal mereka lebih  memilih paslon 10, Koalisi Trojal-Trojol Maha Asyik sebagai penghibur diri di tengah kecamuk antarpendukung.