Tiada terasa kompasiana telah berusia 10 tahun. Jikalau dikomparasikan dengan rerata usia manusia, Â kompasiana dapat dikatakan sedang mengalami masa "pubertas" menuju remaja. Namun siapa sangka, di usia yang cukup muda ini kompasiana telah mengumpulkan sebanyak 1.611.700 artikel hingga september 2018, hasil karya kompasianer sejagad raya, dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat. Sungguh prestasi yang luar biasa.Â
Pada dasawarsa usianya ini, terlintas sejenak kenangan manis bersama kompasiana. Awal mengenal kompasiana hingga berhubungan intim dengannya sampai sekarang. Keintiman itu, membuat saya memikirkan topik-topik yang menarik untuk disajikan di kompasiana tiap harinya.Â
Berkenalan di Pangkalan Kerinci, Riau
Awalnya saya sama sekali belum pernah mendengar kata kompasiana. Maklum saja kala itu, sebagai mahasiswa semester akhir  yang disibukkan dengan bacaan-bacaan berat, hingga kurang update membaca berita apalagi melalui media daring.Â
Pada akhir Agustus 2015, saya di undang dalam acara perkumpulan penerima beasiswa TSA di Pangkalan Kerinci, Riau. Di sanalah pertama kali saya diperkenalkan dengan kompasiana bersama dengan teman-teman TSA Â lainnya. Saya ingat betul, pemateri menyampaikan bahwa kompasiana adalah media bagi siapa saja yang berminat dalam dunia tulis menulis. Keunggulannya dari media yang lain, adalah kompasiana menjadi salah satu media yang paling banyak diakses dan akan muncul pada kolom awal saat penelusuran melalui google. Di sana pulalah saya pertama kali mendaftarkan akun kompasiana. Sayangnya, saya sudah lupa dengan nama pemateri tersebut.Â
Artikel pertama saya ditulis pada 2 September 2015 berjudul "tiadaku sangka kita bersua" (lihat di sini). Sebuah tulisan iseng dengan motivasi hanya untuk mengikuti lomba menulis semata. Seraya berharap dalam hati agar beroleh kemenangan. Isinya menceritakan pengalaman-pengalaman yang diperoleh saat acara gathering tersebut berlangsung.Â
Namun siapa sangka, keisengan itu bertransformasi menjadi virus hobi. Walaupun saya tidak memenangkan lomba itu, saya sangat bersyukur bisa terkena virus yang menjadikan saya  hobi menulis.
Boleh dikata dari ratusan peserta  gathering yang hadir saat itu, saya termasuk di antara yang paling aktif menulis di kompasiana hingga kini. Saya berharap ada di antara mereka yang membaca tulisan ini. Moga-moga bisa jadi ajang untuk menyambung silaturahmi kembali.
Bukan terhenti sih, tapi memang ada  di beberapa periode saya kurang produktif menulis di kompasiana. Ini karena saya disibukkan dengan tulisan-tulisan bersifat ilmiah, yang menyebabkan habisnya  energi dan mood untuk merangkai tulisan populer.
Di tahun 2017, energi baru kembali terkumpul. Menjalani perkuliahan di jalur yang saya kira memang merupakan passion saya, membuka semangat baru untuk menulis topik-topik yang berkenaan dengan bidang kebudayaan terutama arkeologi. Selain itu, didorong pula oleh tekad untuk mempromosikan kampung halaman saya nun jauh di pedalaman Sumatra (Kerinci) agar dikenal di kancah regional.